Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anemia menjadi salah satu penyebab risiko terjadinya stunting.
Nyatanya, mengatasi anemia bukan hanya ketika kehamilan, bahkan sejak masih berusia remaja.
Sayangnya, menurut Ketua Penurunan Angka Kematian Ibu dan Stunting di Perhimpunan Obstetri Ginekolog Indonesia (POGI), Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, SpOG(K), MPH, cukup banyak remaja alami anemia.
"Remaja di atas 20 persen mengalami anemia. Sehingga kalau dia hamil, angka anemia ibu hamil kita 48,6 persen. Itu data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)," ungkapnya pada jumpa pers di Jakarta, Kamis (2/3/2023).
Anemia, kata dr Dwiana, menjadi menyumbang terjadinya pertumbuhan janin dalam kandungan jadi kecil dari seharusnya.
Kondisi inilah yang berisiko bakal menjadi stunting.
Baca juga: Tak Hanya Penyumbang Stunting, Anemia Berbahaya Bagi Ibu Hamil
Situasi diperburuk jika persalinan prematur, sehingga risiko jadi stunting bakal berkali-kali lipat.
"Jadi kalau double dua-duanya, dalam penelitian 7,5x lipat jadi stunting. Inilah yang kita coba benahi," paparnya lagi.
Jika remaja putri mengalami anemia, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan ke dokter.
Anemia dan tidak bisa ditangani dengan obat tablet tambah darah.
Sebagian remaja anemia bisa disebabkan oleh penyakit yaitu karena tuberkulosis, malaria, cacingan dan sebagainya.
"Karena itulah yang harus dicek anemianya kenapa? Dokter tidak hanya mengobati, namun membuat diagnosis agar pengobatannya tepat," pungkasnya.