Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mudik sudah jadi tradisi masyarakat Indonesia jelang hari raya Idul Fitri. Sebagian dari mereka memilih mudik lewat jalur darat.
Nah, selama dalam perjalanan mudik ini, ada yang memilih membawa bekal untuk di perjalanan.
Oleh karena itu, Edukator Kesehatan Perhimpunan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Tan Shot Yen, M.Hum, membagikan tips bawa bekal yang aman dan sehat bagi para pemudik.
Baca juga: Gelar Mudik Bersama BUMN, PLN Siapkan 10 Ribu Kuota Pemudik Gratis
Nomor satu yang perlu diperhatikan keselamatan dan kebersihan.
"Kebersihan menjadi hal terutama. Kerap kali orang mudik, ketika pulang bawa oleh-oleh. Oleh-olehnya apa? Anak diare dan demam, atau dia sendiri karena faktor kebersihan," ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (31/3/2023).
Ketika ingin membawa bekal, usahakan makanan tersebut tidak mengandung santan.
Karena santan, kata dr Tan merupakan makanan yang lekas basi, sehingga harus berhati-hati.
Kedua, bagi anak masih berusia di bawah, biasanya orangtua selalu membuatkan makanan pendamping ASI (MPASI).
MPASI anak untuk usia di bawah dua tahun, riskan sekali untuk terkena kontaminasi bakteri.
Terutama ketika berada di suhu rungan setelah dua jam.
Baca juga: Amankah Bawa Bekal Makanan dengan Wadah Plastik Saat Mudik? Begini Penjelasan Dokter
"Jadi jangan pernah nekat membawa bubur bayi, dimasukkan ke dalam cooler box. Berpikir kalau dingin lebih tahan. Ntar dulu. 5-60 derajat itu adalah suhu yang kuman hobi banget berkembang biak," papar dr Tan.
Ia pun menghimbau pada orangtua, jika membawa MPASI saat mudik, suhunya harus bisa dipertahankan di bawah 5 derajat celcius atau berada di atas 60 derajat celcius.
"Sebab dua jam di suhu ruangan, MPASI anak itu rentan dengan kontaminasi," tegasnya.
Ketiga, dr Tan menganjurkan membawa lauk yang tidak mempunyai risiko terkontaminasi.
"Misalnya telur pindang yang masih dengan cangkangnya. Biasanya jauh lebih awet bahkan bisa 12 jam kalau bikinnya resik," urai dr Tan.
Keempat, ia menyarankan mengonsumsi makanan yang mudah dibawah.
Contohnya seperti ubi kukus, atau membawa nasi dengan dibungkus daun untuk satu porsi.
Dengan membuat nasi satu porsi, maka tidak ada makanan yang tersisa dan terpapar dengan bakteri atau virus.
Kelima, kalau memang ingin makan di luar atau rest area, pastikan tempat makan tersebut memiliki dapur.
"Artinya betul-betul membuat makanan di tempat, itu jauh lebih aman. Dan tolong perhatikan apakah mereka mencuci perabotan makanan dengan benar," kata dr Tan menambahkan.
Jangan sampai piring dan sendok ditumpuk bersamaan lalu dicuci dengan dimasukkan begitu saja ke dalam ember.
"Kerap kali diare bisa berakibat dari makanan atau perkakas makanan," pungkasnya.