Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagian umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan mengalami kenaikan berat badan.
Terkait kondisi tersebut, Edukator Kesehatan Perhimpunan Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), dr. Tan Shot Yen, M.Hum menyampaikan penjelasan.
Menurut dia, penambahan berat badan selama bulan puasa bisa saja terjadi karena kalori yang masuk lebih banyak ketimbang saat tidak berpuasa.
"Kalau kalori ketika bulan puasa lebih dari kalori masuk ketimbang tidak puasa, tentu hasil akhirnya adalah berat badan tambah," ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (31/3/2023).
Baca juga: Anak-anak Punya Berat Badan Berlebih Berisiko Alami Obesitas Saat Dewasa
Di sisi lain, ada orang yang melewatkan sahur dengan anggapan bisa membantu menurunkan berat badan.
Padahal situasi ini dapat mendorong untuk mengonsumsi makanan berlebihan saat berbuka karena merasa terlalu lapar.
"Jadi sekali lagi perhatikan, jangan pernah skip sahur. Karena berpikir ingin kecilin badan, lalu skip sahur, itu sama seperti ngecilin badan tapi anda tidak sarapan," tegasnya.
Dr Tan pun mengungkapkan alasan lain yang menyebabkan kenaikan berat badan rentan terjadi di bulan Ramadan.
Masyarakat masih beranggapan jika yang membuat gemuk adalah makanan utama.
Padahal, bukan. Justru yang menjadi masalah adalah ketika berbuka dengan takjil yang memiliki kalori berlebihan.
"Misalnya pakai bubble tea. Lalu berbuka dengan bakwan goreng. Memang kelihatan bikin ngences," ucap dr Tan.
Ia pun menganjurkan untuk kembali ke makna takjil yaitu membatalkan puasa.
"Bukan menciptakan deretan makanan. Sudah deh, makan biasa. Jadi misalnya, biasa makan lalapan, karedok, lalu kemudian makan nasi pakai ikan bakar ya sudah. Itu saja," tegasnya.
Kemudian minum dua gelas air putih, jangan ditambah dengan gula, madu, sirup dan sebagainya.