Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengungkapkan dalam sebuah laporan baru bahwa infertilitas mempengaruhi satu dari enam orang di seluruh dunia.
Saat WHO tidak dapat menentukan apakah infertilitas meningkat atau menurun, laporan tersebut muncul di tengah peringatan penurunan jumlah sperma di seluruh dunia.
Diterbitkan pada Selasa lalu, laporan itu menyatakan bahwa pada 2022, 17,5 persen populasi global mengalami kemandulan di beberapa titik dalam hidup mereka.
Untuk sampai pada angka tersebut, Peneliti WHO menganalisis lebih dari 130 studi terpisah dari 1990 hingga 2021, dan menemukan hasil serupa di seluruh dunia.
Dikutip dari laman Russia Today, Kamis (6/4/2023), prevalensi infertilitas seumur hidup rata-rata di negara-negara berpenghasilan tinggi adalah 17,8 persen, dibandingkan dengan 16,5 persen di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
"Laporan tersebut mengungkapkan kebenaran penting, infertilitas tidak membeda-bedakan. Proporsi orang yang terkena dampak, menunjukkan perlunya memperluas akses ke perawatan kesuburan dan memastikan masalah ini tidak lagi dikesampingkan dalam penelitian dan kebijakan kesehatan," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan.
Direktur Departemen Penelitian dan Kesehatan Seksual dan Reproduksi WHO, Dr. Pascale Allotey menggambarkan temuan itu sebagai hal yang 'mengejutkan'.
Infertilitas didefinisikan oleh WHO sebagai ketidakmampuan untuk mengandung anak setelah satu tahun berhubungan seks tanpa kondom secara teratur.
Studi tersebut memang tidak mencantumkan faktor umum apa pun di balik angka satu dari enam.
Kendati demikian, baik wanita maupun pria, merokok, konsumsi alkohol dan obesitas, semuanya dikaitkan dengan penurunan kesuburan.
Tidak hanya itu, usia juga berperan, dengan wanita menjadi kurang subur sejak pertengahan 30-an dan seterusnya, dan kesuburan pria turun dari sekitar 40.
Laporan tersebut juga tidak mengidentifikasi apakah tingkat infertilitas cenderung meningkat atau menurun dalam periode waktu yang diteliti.
Baca juga: Setidaknya 4 Juta Pasutri Usia Produktif Perlu Pengobatan Infertilitas untuk Mendapatkan Keturunan
Namun, sebuah studi penting yang diterbitkan pada November 2022 menemukan bahwa jumlah sperma pria telah turun 62 persen dalam 50 tahun terakhir.
Jumlah sperma rata-rata turun dari 104 menjadi 49 juta per mililiter, tepat di atas ambang batas 40, di bawahnya kemungkinan infertilitas.
Seperti laporan WHO, studi jumlah sperma menemukan hasil serupa di berbagai wilayah.
Meskipun menolak untuk berspekulasi tentang apa yang menyebabkan penurunan tersebut, penelitian lain telah mengidentifikasi paparan plastik dan bahan kimia tertentu sebagai penyebabnya.