TRIBUNNEWS.COM - African Swine Fever (ASF) adalah penyakit yang muncul pada babi.
ASF juga sering disebut demam babi Afrika.
Meski demikian, demam babi Afrika berbeda dengan flu babi.
Hal itu karena virus penyebab penyakit dan gejala yang muncul berbeda.
Demam babi Afrika disebabkan oleh African Swine Fever Virus (ASFV).
Sementara, flu babi disebabkan oleh virus yang disebut virus influenza A subtipe H1N1.
Baca juga: Epidemiolog Ingatkan Flu Babi Afrika yang Masuk Batam Perlu Diwaspadai
Perbedaan itu juga dikonfirmasi oleh Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global, Dicky Budiman.
"Demam babi Afrika (ASF) dan flu babi (swine flu) adalah penyakit menular yang dapat mempengaruhi babi. Namun, keduanya disebabkan oleh virus yang berbeda dan memiliki gejala yang berbeda," ungkapnya pada Tribunnews.com, Senin (15/5/2023).
Virus penyebab demam babi Afrika sangat mudah menular.
Virus itu juga dapat membunuh hingga 100 persen babi yang terinfeksi.
Dicky mengatakan, tidak ada pengobatan atau vaksin untuk demam babi Afrika.
Adapun gejala yang terjadi pada babi apabila terkena demam babi Afrika adalah termasuk demam, kehilangan nafsu makan, diare, dan perdarahan pada kulit dan organ internal.
Dicky menjelaskan, sejauh ini 100 persen sifat dari virus Babi Afrika ini masih menjadi penyakit hewan.
Jadi tidak ada potensi atau pun tanda menginfeksi manusia.
Namun, Dicky tetap mengingatkan untuk tetap waspada.
Adapun flu babi H1N1 sifatnya menular dan dapat menyebabkan penyakit ringan hingga parah pada babi dan manusia.
Baca juga: Mungkinkah Flu Babi Afrika Bisa Menular Pada Manusia? Pakar Ungkap Fakta Ini
Saat ini, sudah tersedia vaksin untuk flu babi.
"Untuk gejala adalah babi termasuk demam, kehilangan nafsu makan, masalah pernapasan, dan diare," urai Dicky.
Sedangkan gejala pada manusia dapat berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, hidung berair atau tersumbat, nyeri otot, sakit kepala, dan kelelahan.
"Penting untuk dicatat bahwa ASF tidak membahayakan kesehatan manusia. Namun, dapat memiliki dampak yang menghancurkan pada industri babi," pungkasnya.
Penyebaran Penyakit Demam Babi Afrika
Dikutip dari laman disnakkeswan.jatengprov.go.id, ASF pertama kali diidentifikasi pada 1921 di Kenya, Afrika Timur.
Pada 1957 menyebar ke Portugal dan berbagai negara di Eropa.
Di Asia, virus ASF ditemukan pada babi liar di Iran pada 2010, kemudian di tahun 2018 Tiongkok melaporkan wabah demam babi afrika di provinsi Liaoning.
Pada Februari 2019, Vietnam mengonfirmasi kasus demam babi afrika.
Hal ini menjadikannya negara Asia Tenggara pertama yang terinfeksi penyakit ini.
Secara berturut-turut ASF juga ditemukan di Kamboja, Laos, Filipina, Myanmar, dan Timor Leste.
Hingga Desember 2019, tujuh negara di Asia Tenggara telah melaporkan kasus ASF termasuk Indonesia.
(Tribunnews.com, Widya, Aisyah Nursyamsi)