News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pakar dan WHO Sebut Belum Ditemukan Bukti Mikroplastik Memicu Gangguan Kesehatan

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI mikroplastik

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Beredarnya video tahun 2018 tentang temuan mikroplastik di dalam air kemasan yang diduga diedarkan pihak yang tidak bertanggung jawab mendapat perhatian dari pakar Institut Teknologi Bandung (ITB).. 

Pakar Polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D mengatakan peluruhan mikroplastik dari kemasan makanan dan minuman (mamin) ke dalam produknya sama sekali tidak mengganggu kesehatan para konsumen. 

Dia beralasan mikroplastik itu bersifat inert sehingga tidak bereaksi dengan bahan lain yang ada dalam kemasan tersebut. 

“Kita sebagai ahli plastik melihat mikroplastik itu tidak masalah karena dia kan inert dan tidak bereaksi dengan yang lain dan karena sifatnya inilah makanya plastik itu juga banyak dipakai untuk kemasan makanan dan minuman,” ujarnya Akhmad Zainal dalam keterangan tertulis, Jumat (2/6/2023).

Menurut Zainal, mikroplastik itu sama sekali tidak akan mengganggu kesehatan karena tidak bisa diserap oleh usus masuk ke dalam darah sehingga akan keluar lagi dari dalam tubuh.

Baca juga: Bahaya Kandungan Mikroplastik di AMDK Botol dan Gelas Plastik

“Jadi, mikroplastik itu tidak berbahaya sama sekali bagi kesehatan karena dia inert dan nggak bisa diserap oleh usus ke dalam darah,” tukasnya.

Sampai saat ini belum pernah ada satu penelitian yang membuktikan bahwa mikroplastik itu berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia.

“Tapi kalau ukurannya nano, itu baru bisa dipertanyakan apakah bisa diserap oleh darah lalu bisa menumpuk di jaringan-jaringan tertentu di dalam tubuh kita. Jadi, yang masih diperdebatkan sekarang itu menurut saya adalah bahaya untuk nanoplastik. Tapi ini juga masih diperdebatkan dalam arti masih dipelajari,” tuturnya.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO sendiri,  masih belum menyatakan apa-apa soal bahaya mikroplastik ini karena memang belum bisa dibuktikan baik secara medis dan kimia.

Kendati minim risiko, WHO tetap merekomendasikan beberapa langkah yang bisa diambil untuk mencegah dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia yakni pembuat kebijakan dan masyarakat untuk mengelola plastik dengan lebih baik.

"Masyarakat juga perlu mengurangi penggunaan plastik jika memungkinkan," ujar Gordon.

WHO mengatakan bahwa data mengenai keberadaan mikroplastik dalam air minum yang tersedia saat ini sangat terbatas.

Tak banyak studi yang meneliti hal tersebut sehingga membuat pihaknya kesulitan untuk menganalisis hasilnya.

WHO meminta para peneliti untuk melakukan evaluasi lebih mendalam tentang dampak potensial plastik terhadap kesehatan manusia dan  mendesak penekanan angka polusi sampah plastik untuk lingkungan yang lestari.

"Kami sangat perlu mengetahui lebih banyak tentang dampak kesehatan dari mikroplastik, karena mereka ada di mana-mana," ujar Direktur Departemen Kesehatan Masyarakat WHO, Maria Neira.

Sebelumnya, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny K. Lukito juga mengakui belum ada standar kadar aman kandungan mikroplastik dalam minuman. Sebab, WHO sebagai organisasi kesehatan dunia belum mengeluarkan batasan kandungan mikroplastik dalam standar air minum.

"Terkait dengan standar air minum, kami merujuk pada WHO. Karena kajian tentang itu belum ada, WHO pun baru mengeluarkan pernyataan untuk mencermati kembali temuan tersebut," katanya.

Peneliti kimia Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andreas bahkan mengutarakan pihaknya sama sekali belum pernah melakukan penelitian terkait dampak mikroplastik terhadap kesehatan manusia.

“Kalau terkait dengan dampak mikroplastik terhadap kesehatan di dalam darah itu belum pernah kita lakukan,” jelas Andreas.

Dosen dan profesor yang menekuni bidang Food Process and Engineering Laboratory di Institut Pertanian Bogor (IPB), Purwiyatno Hariyadi, juga mengatakan semua kemasan termasuk plastik mempunyai peranan sangat penting dalam melindungi produk yang dikemas baik terhadap kerusakan fisik (benturan, gesekan, goresan, dan lain-lain) maupun kerusakan kimia (karena bereaksi dengan oksigen dan air) dari lingkungan.

Kemasan pangan juga berfungsi mencegah terjadinya kontaminasi, baik kontaminasi karena mikroorganisme, serangga, binatang pengerat, ataupun bahan-bahan kimia pada produk pangan yang dikemas.

"Karena itu, pemilihan bahan pengemas yang tepat serta proses pengemasan yang baik sangat penting untuk menentukan masa kadaluarsa produk pangan yang dikemas," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini