Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baru-baru ini muncul subvarian baru Covid-19 yaitu EU.1.1 di Eropa.
Subvarian ini merupakan turunan dari XBB.1.5 yang mendominasi dunia.
Namun terkait keberadaan subvarian ini, Peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Dicky Budiman tekankan pencegahan mengungkapkan belum melihat ada potensi perburukan.
"Saat ini belum melihat ada potensi perburukkan gobal atau nasional. Meskipun kasus re-infeksi meningkat," ungkap Dicky pada Tribunnews, Senin (3/7/2023).
Baca juga: Waspadai Arcturus, Subvarian Baru Covid-19
Hanya saja kata Dicky, memanf kemampuan menginfeksi dari subvarian ini jauh lebih kuat.
Termasuk bisa menembus pertahanan tubuh dan imunitas.
"Terutama di negara-negara dengan kemampuan deteksi dini genom sikuensing yang masih dijaga ya. Seperti di negara maju umum seperti Eropa dan Amerika," papar Dicky lagi.
Di sisi lain, Dicky mengungkapkan jika secara global, memang masih belum bisa dipastikan subvarian EU.1.1 bisa menjadi ancaman.
"Tapi prinsipnya adalah sekali lagi, semakin kita membiarkan virus ini menginfeksi ulang banyak orang, artinya kita mengundang banyak masalah," tegas Dicky.
Mengundang lahirnya subvarian atau varian bari yang benar-benar meniadakan efektiftas vaksin.
"Ini yang bahaya karena bisa menyebabkan lonjakan kasus dengan keparahan atau kematian. Walau masih teoritis tapi bukan tidak mungkin terjadi, selama memberi peluang itu," kata Dicky menambahkan.
Lebih lanjut, Dicky mengingatkan jika meski belum melihat tanda serius dari kemunculan subvarian ini, setiap turunan Covid-19 cenderung semakin mengurangi efektifitas vaksin dan obat.
"Booster Covid-19 menjadi penting. Terutama kelompok rawan," pungkasnya.