Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Penyakit Parkinson adalah gangguan neurologis yang umum terjadi pada populasi usia lanjut.
Keluhan utamanya adalah gerakan melambat, gemetar (tremor), dan kekakuan pada sendi (rigiditas).
Gejala-gejala ini memberat seiring dengan pertambahan usia.
Operasi DBS atau Deep Brain Stimulation adalah salah satu prosedur yang dapat membantu memperbaiki gejala Parkinson dan meningkatkan kualitas hidup penyandang Parkinson.
Baca juga: Pria Lebih Rentan Terkena Parkinson Ketimbang Wanita, Begini Penjelasannya
Dokter spesialis saraf RS Siloam Kebon Jeruk dr. Frandy Susatia, Sp.S, RVT menyebutkan operasi DBS atau pemasangan stimulasi saraf di dalam otak merupakan sebuah prosedur medis yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi neurologis seperti penyakit Parkinson.
Prosedur ini melibatkan pemasangan elektroda tipis pada bagian tertentu dari otak, yang kemudian memberikan impuls listrik untuk meningkatkan fungsi motorik atau menghambat aktivitas yang berlebihan pada saraf.
“Metode DBS adalah salah satu dari beberapa pengobatan yang tersedia untuk Parkinson dan telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala”, ujar dr. Frandy.
Lulusan pendidikan dokter spesialis saraf di University of Santo Tomas Hospital, Manila, Filipina ini menyebutkan, DBS juga dapat membantu mengurangi efek samping dari obat Parkinson yang digunakan untuk mengontrol gejala.
Aeberapa keuntungan dari DBS pada pasien Parkinson, antara lain: menurunkan intensitas gejala, mengurangi dosis obat, prosedur yang aman, efektif dalam jangka waktu lama, serta prosedur yang dapat diatur dengan mudah.
“DBS dapat menawarkan pengobatan yang aman dan efektif untuk gejala Parkinson. Namun, setiap pasien memiliki kondisi yang unik, oleh karena itu, sangat ditekankan untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai terapi DBS,” lanjut dr. Frandy.
Berikut adalah beberapa kriteria pasien yang cocok untuk dilakukan operasi DBS pada pasien Parkinson diantaranya memiliki diagnosis Parkinson yang ditegakkan dengan jelas, telah maksimal dalam menggunakan obat, tidak adanya efek samping yang signifikan dari obat, kondisi medis lain yang stabil, umur pasien yang direkomendasikan tidak lebih dari 75 tahun, serta pasien harus memiliki keinginan untuk memperbaiki kualitas hidup dan memperbaiki cara hidup sehat.
Keputusan pilihan untuk menjalani operasi DBS harus didasarkan pada evaluasi yang cermat dan diskusi antara pasien, dokter spesialis saraf, dan keluarga.
Dr. dr. Made Agus Mahendra Inggas, Sp.BS, dokter spesialis bedah saraf yang berpraktik di RS Siloam Lippo Village Karawaci, RS mengatakan, metode DBS merupakan metode yang memerlukan keterampilan khusus, tidak semua dokter spesialis bedah saraf boleh atau mampu melakukan operasi DBS tersebut.