News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masih Ada Stigma, Johnson & Johnson Adakan Simposium Praktisi Kesehatan Jiwa

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Johnson & Johnson Indonesia bekerja sama dengan ARSAWAKOI dan PDSJKI menyelenggarakan Simposium Bagi Praktisi Kesehatan Jiwa di Indonesia.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Orang yang mengalami gangguan kesehatan mental di Indonesia masih hidup dengan stigma negatif. Yang menyedihkan, banyak di antara mereka tidak memperoleh pengobatan yang tepat.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO ungkap jika skizoprenia berpengaruh terhadap 24 juta orang atau 1 dari 300 orang (0,32 persen) di seluruh dunia.

Sementara di Indonesia, berdasarkan riset kesehatan dasar 2018, terdapat peningkatan kasus gangguan mental di Indonesia terhadap 7 per sejuta rumah tangga.

Prevalensi jumlah rumah tangga yang memiliki anggota keluarga dengan skizoprenia/psikosis adalah sebesar 0.6 persen lebih banyak di wilayah rural dibandingkan urban.

Stigma yang didapat mendorong penderita untuk ‘diam’ sehingga mengurangi kesempatan para penderita untuk dapat memperoleh pengobatan sehingga dapat menjalani hidupnya secara normal.


Situasi ini mendorong Johnson & Johnson di Indonesia bekerja sama dengan Asosiasi Rumah Sakit Jiwa dan Ketergantungan Obat Indonesia (ARSAWAKOI) menyelenggarakan simposium pada 16 Juli 2023.

Simposium ini ditujukan khusus bagi para praktisi tenaga kesehatan jiwa di Indonesia dan dihadiri oleh sedikitnya 90 praktisi dan tenaga kesehatan jiwa profesional.

Acara ini mengangkat tema ”Peningkatan Tata Kelola Administrasi Dalam Pengklaiman Obat BPJS (Tarif Non-INA-CBGs5) Dalam Penanganan Pasien Jiwa Kronis”.

Baca juga: 5 Cara Sederhana Menjaga Kesehatan Mental, Terima dan Hargai Diri Sendiri jadi Poin Penting

Country Director of Johnson & Johnson pharmaceutical for Indonesia & Malaysia, Yee Pin Lim ungkap perlu ada pendekatan kolaboratif untuk membantu dan mengedukasi pasien, keluarga mau pun lingkungan terkait.

Tujuannya, agar dapat memahami penyakit dan pelayanan bagi pasien gangguan jiwa, khususnya skizofrenia.

Sehingga mereka bisa mendapatkan obat generasi baru untuk mencapai kondisi pulih dan memiliki kualitas hidup yang baik serta mengurangi stigma negatif.

"Dengan memungkinkan pasien mengakses perawatan dan informasi tentang penyakit ini, bersama-sama kita dapat membantu mereka mencapai kualitas hidup terbaik mereka," ungkapnya, Jumat (4/8/2023).

Menurutnya, setiap orang berhak mendapatkan layanan kesehatan jiwa yang berkualitas. Selain itu perlu upaya bersama berbagai pihak untuk mencegah dan mengendalikan masalah kesehatan jiwa.

Hingga saat ini kesehatan jiwa tetap menjadi salah satu tantangan terbesar di masyarakat dalam skala global.

Baca juga: Media Sosial Bisa Picu Masalah Kesehatan Mental, Ketahui Cara Mengantisipasinya

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini