2. Hiperhidrosis Sekunder
dr Yulia Asmarani menyebutkan, hiperhidrosis sekunder terjadi karena ada penyebab dasar atau karena ada faktor yang mendasarinya kenapa keringat tersebut bisa berlebihan.
Pada hiperhidrosis jenis ini, biasanya keringat berlebihan yang keluar hampir di seluruh tubuh.
Hiperhidrosis sekunder sendiri terjadi akibat penyakit sistemik, seperti diabetes melitus, hipertiroid, obesitas, hingga konsumsi obat-obatan yang dapat memicu produksi keringat berlebih.
Menurut dr Yulia Asmarani, kondisi ini biasanya tidak disertai dengan bau badan.
"Biasanya hiperhidrosis ini tidak disertai dengan bau badan, karena sebenarnya keringat itu tidak berbau."
"Namun jika keringat yang muncul disertai dengan bau badan, namanya adalah bromhidrosis," terang dr Yulia Asmarani.
Baca juga: Bunda Wajib Tahu! 4 Pemicu ASI Tidak Lancar dan Berikut Cara Mengatasinya
Baca juga: Tak Hanya Konsumsi Makanan Berserat dan Probiotik, Berikut 5 Tips Mencegah Sembelit
dr Yulia Asmarani melanjutkan, hiperhidrosis atau munculnya keringat berlebih terjadi akibat adanya masalah pada kelenjar ekrin.
"Jadi hiperhidrosis itu muncul keringat berlebih akibat adanya masalah pada kelenjar ekrinnya."
"Berbeda dengan orang normal, keringat dikeluarkan untuk regulasi panas dari badan."
"Jika ada stimulasi rangsangan panas dari luar seperti cuaca panas atau dari dalam misalnya demam, tubuh akan meregulasi panas itu dengan mengeluarkan keringat."
"Jadi harus ada stimulasinya, ibaratnya ada pemicunya kenapa orang tersebut berkeringat," tutur dr Yulia Asmarani.