dr Yulia Asmarani menyebutkan, penderita hiperhidrosis akan berkeringat secara berlebihan meskipun tanpa pemicu, kondisi ini memang sudah ada gangguan pada kelenjar ekrinnya.
Sehingga aktivitas saraf simpatis di daerah itu menjadi berlebihan, meskipun tidak ada stimulasi, produksi keringat akan terus diproduksi pada kasus hiperhidrosis.
"Memang sampai basah kalau berkeringat, hiperhidrosis itu diagnosisnya keringat berlebihan dan mengganggu aktivitas."
"Kalau hanya basah biasa dan tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, belum bisa dikategorikan sebagai hiperhidrosis," papar dr Yulia Asmarani.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar Imbau untuk Minum Air Kelapa Campur 3 Bahan Ini untuk Mendapatkan Khasiatnya
Pengobatan Hiperhidrosis
Lebih lanjut dr Yulia Asmarani memberikan penjelasan mengenai pengobatan hiperhidrosis.
Menurut dr Yulia Asmarani, untuk melakukan pengobatan pada hiperhidrosis harus diketahui terlebih dahulu hiperhidrosis tersebut masuk dalam kategori primer atau sekunder.
Saat penyebabnya sudah diketahui dan kategorinya sudah diketahui, maka akan dilakukan pengobatan sesuai dengan penyebab dasarnya.
Pasalnya, jika penyebab dasarnya dapat diatasi dengan baik, maka hiperhidrosis tersebut juga dapat diatasi dengan baik.
Namun jika sudah dicari penyebabnya dan tidak diketahui penyebabnya, diagnosisnya akan masuk pada hiperhidrosis primer.
Baca juga: 8 Tips Obati Sariawan dengan Bahan Alami, Termasuk Madu hingga Kompres dengan Chamomile
"Misalnya kita sudah mencari selama 6 bulan penyebabnya, selama 6 bulan berkeringat terus dan tidak diketahui penyebabnya, itu masuk ke dalam hiperhidrosis primer."
Pengobatan hiperhidrosis sendiri hampir sama dengan pengobatan bau badan pada umumnya, yaitu dengan menggunakan deodoran atau antiperspirant, kemudian menggunakan obat oles yang dioleskan pada area khusus yang berkeringat.
Namun, biasanya obat oles tersebut bisa didapatkan melalui resep dokter.