Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sebagian keluarga di Indonesia terjebak dalam kesesatan berpikir dan manajemen.
Termasuk dalam berkeluarga, tidak terarah dan cenderung boros dalam mengelola keuangan.
Baca juga: BKKBN Bagikan Praktik Keberhasilan Program KB dan Kesehatan Reproduksi di Kancah Internasional
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pun mendorong diadakannya kelas pranikah untuk cegah stunting, dimulai dari hulu.
Menurut Kepala BKKBN Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K), masih banyak masyarakat Indonesia yang belum bisa memanajemen keuangan.
Baca juga: Ketua Ikatan Bidan Indonesia: Pentingnya Pencegahan Stunting Sejak Pranikah
“Belum berprestasi tapi ingin prestise, itu penyakit kesejahteraan keluarga, karena banyak sekali orang yang ingin tampil dan pamer, karena akhirnya demi pamer dibela-belain utang,” kata Hasto pada keterangannya, Kamis (11/10/2023).
Menurut Hasto, kegiatan spesifik dan berdampak pada kelompok tertentu sangat perlu dilakukan karena seringkali terlupakan dan terlewat.
Termasuk pelatihan bagi para calon pengantin dengan diberikannya kelas pranikah.
Baca juga: Calon Pengantin Flare Prewedding Bromo Akhirnya Muncul ke Publik, Ngaku Tak Sengaja, Kini Trauma
“Ternyata banyak anak yang sebetulnya kesehatan reproduksi terlantar tidak ada yang memperhatikan karena mereka mungkin pembalut saja kehabisan," jelas Hasto.
Menurut Hasto, pengenalan pranikah perlu dilakukan demi cegah terjadinya stunting.
Dalam setahun, ada 1,9 juta orang menikah di Indonesia.
Lalu yang hamil di tahun pertama pernikahan ada 1,6 juta.
Sayangnya, kemudian yang terjadi stunting 320.000.
"Jadi kalau NA bisa Bersama sama BKKBN mencegah stunting dari hulu kemudian sentuhannya catin, jadi kelas pra nikah sangat cocok,” tutupnya.
--