News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Diprediksi Akan Meningkat, Kemenkes Dorong Deteksi Dini Kanker Payudara dan Serviks

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lokakarya Asia Pacific Women's Cancer Coalition (APAC WCC) dan United Nations Population Fund (UNFPA) bekerja sama dengan Roche, UNFPA, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di Jakarta, Rabu (8/11/2023).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kejadian kanker payudara di Indonesia diperkirakan akan meningkat sebesar 25,9 persen antara tahun 2020 dan 2030 dengan angka kematian sebesar 29,4 persen.

Di sisi lain, kejadian kanker serviks diperkirakan meningkat sebesar 25,8 persen dengan angka kematian sebesar 33,9 persen pada periode yang sama.

Baca juga: HUT ke-30 RS Kanker Dharmais, Tambahkan 3 Layanan Deteksi Dini Kanker

Dibandingkan dengan belahan dunia lainnya, wanita di Asia Pasifik menghadapi risiko lebih tinggi terdampak kanker payudara dan serviks.

Hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor seperti rendahnya kesadaran, stigma, dan kurangnya akses terhadap layanan skrining, diagnosis, pengobatan, dan perawatan yang berkualitas dan tepat waktu.

Terkait hal ini, Kementerian Kesehatan pun dorong masyarakat untuk lakukan deteksi dini.

Baca juga: Manfaat Tes HPV DNA Genotyping untuk Deteksi Kanker Serviks

Hal ini disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Ir. Budi Gunadi Sadikin dalam loka karya Asia Pacific Women's Cancer Coalition (APAC WCC) dan United Nations Population Fund (UNFPA) bekerja sama dengan Roche, UNFPA, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan saat ini memang tengah berfokus pada tiga jenis kanker utama di Indonesia.

Yakni kanker serviks dan kanker payudara pada wanita dan kanker paru pada pria hingga tahun mendatang.

"Kami menargetkan 80 persen dari pasien kanker dapat melakukan deteksi dini sehingga mendapatkan pengobatan lebih cepat," ungkapnya di bilangan Jakarta, Rabu (8/11/2023).

Realita yang terjadi saat ini adalah pasien sering kali terlambat didiagnosis.

Padahal kata Budi, skrining dan deteksi dini memainkan peran penting untuk memastikan peluang hidup yang lebih tinggi bagi pasien kanker.

"Oleh karena itu, kami terus mendorong upaya skrining, deteksi dini, pengobatan yang tepat bagi pasien kanker," kata Budi lagi.

Dalam lokakarya tersebut, juga dipaparkan sebuah laporan bertajuk “Impact and opportunity: the case for investing in women’s cancers in Asia Pacific”.

Laporan ini dipublikasikan oleh Economist Impact, disusun oleh APAC WCC dan didukung oleh Roche.

Di mana mengkaji beban kanker payudara dan serviks saat ini, serta kualitas kebijakan dan program untuk mengatasi kanker berdasarkan rekomendasi World Health
Organisation (WHO) di enam negara Asia Pasifik.

Yakni India, Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Serta mengidentifikasi kesenjangan dan peluang perbaikan yang spesifik untuk masing-masing negara.

Laporan ini juga meneliti kesenjangan pada kesiapan penanggulangan kanker yang menyerang wanita di tingkat nasional.

"Indonesia memiliki skor yang berkisar dari rendah hingga sedang di lima kategori penilaian," ungkap Associate Director di Crowell & Moring International (CMI),Omair Azam, salah satu organisasi pendiri APAC WCC.

Menurutnya, semua orang bisa mengatasi kesenjangan ini dan melakukan perbaikan.

Dengan mengambil pendekatan kolaboratif dari seluruh ekosistem layanan kesehatan.

"Ini akan bermanfaat bagi ratusan ribu wanita di Indonesia yang sudah terdampak oleh kanker. Diharapkan dapat membantu melindungi lebih banyak wanita dari ancaman kanker di tahun mendatang,” tutup Omar.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini