Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus bullying atau perundungan beberapa waktu terakhir kerap berseliweran di sekitar masyarakat.
Perundungan yang sering muncul biasanya terjadi antar teman.
Nyatanya, kasus bullying bisa terjadi antar anak ke orangtua.
Hal ini diungkapkan oleh psikolog Senior Program Specialist ECED Tanoto Foundation Fitriana Herarti, M.Psi.
"Akhir-akhir banyak kasus bullying, sebenarnya tidak hanya antar anak saja, bahkan banyak kasus orangtua yang membully anaknya sendiri," ungkap Fitriana pada keterangannya, Sabtu (11/11/2023).
Fitriana pun menjelaskan beberapa bentuk bullying yang dilakukan oleh orangtua pada anak, tapi tidak disadari.
Di antaranya seperti membandingkan anak dengan orang lain.
Orangtua bisa saja membandingkan anak dengan orang lain untuk mendorong mereka lebih baik.
Padahal, tindakan ini sama dengan perundungan dan bisa menjatuhkan mental anak.
"Komentar negatif yang sedianya untuk mendorong agar mereka lebih baik malah justru menjatuhkan mental. Padahal setiap anak unik," kata Fitri.
Membandingkan anak bisa jadi peniru ulung dan orangtua adalah modelnya.
Apapun yang terjadi pada anak merupakan refleksi dari orangtua.
Bahkan, pola asuh orangtua yang tidak tepat bisa membentuk anak menjadi pelaku perundungan.
"Bapak ibunya teriak maka anak bisa menirukan, teriak kepada temannya. Jangan harap anak bisa cerdas apabila orangtua tidak cerdas dalam menerima informasi," tegas Fitri.
"Misal, ketika adzan, orangtua tidak memberikan contoh langsung shalat maka anak akan menirunya," tambahnya.
Sehingga, kata Fitriana perlu mengungkapkan bahwa pengasuhan positif didasarkan pada kasih sayang.
Di antaranya seperti saling menghargai, pemenuhan dan perlindungan hak anak.
Baca juga: Siswa SD di Gunungkidul Diduga Jadi Korban Bullying, Terjadi saat Guru Keluar dari Ruang Kelas
Lalu terbangunnya hubungan yang hangat, bersahabat dan ramah antara anak dan orangtua.
"Serta menstimulasi tumbuh kembang anak agar optimal," tutupnya.