News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wolbachia Dikaitkan Penyakit Japanese Encephalitis, Peneliti UGM Beri Penjelasan 

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gigitan nyamuk yang menyebabkan penyakit Japanese Encephalitis

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Kesehatan terapkan inovasi teknologi wolbachia untuk tekan penyebaran demam berdarah dangue (DBD) melalui nyamuk aedes aegypti. 

Terkait salah satu upaya yang tengah dilakukan oleh pemerintah ini, banyak rumor yang beredar. 

Salah satunya nyamuk dengan bakteri Wolbachia bisa menyebabkan penyakit Japanese Encephalitis. 

Japanese Encephalitis merupakan virus dari gigitan nyamuk culex yang terinfeksi virus JE hingga menyebabkan penyakit radang otak. 

Walaupun nama tersebut ada unsur jepangnya, faktanya virus ini tidak hanya menyerang negara jepang saja.

Terkait hal ini, Direktur Pusat Kedokteran Tropis Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada, dr. Riris Andono Ahmad MPH, Ph.D membantah informasi tersebut. 

Baca juga: Apakah Bakteri Wolbachia pada Nyamuk Bisa Berpindah ke Manusia? Ini Jawabannya

Menurutnya kabar soal nyamuk Wolbachia bisa menyebabkan penyakit Japanese Encephalitis adalah disinformasi. 

"Memang yang beredar saat ini banyak diisfomasi sangat sistematik. Mengaitkan dengan penyakit tidak terkait,"ungkapnya pada media briefing virtual yang dilaksanakan PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Senin (20/11/2023

Lebih lanjut dr Andono menjelaskan setiap penyakit berbasis vector, itu berbeda dan tidak bisa saling memengaruhi.

Misalnya, pada nyamuk aedes aegypti hanya bisa menularkan empat jenis penyakit, yaitu demam berdarah, virus zika, chikungunya, dan demam kuning.

"Kejadian penyakit tersebut tidak ada dipengaruhi vector yang bukan perantaranya. Nyamuk aedes agepty pengaruh tadi. Kalau Japanese Encephalitis dari nyamuk cullex," tutur dr Andono. 

Lebih lanjut, Peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Profesor Adi Utarini beri penjelasan tambahan terkait Japanese Encephalitis.

"Ternyata Japanese encephalitis, ini nyamuknya berbeda (Culex) dan penyakitnya juga berbeda. Tidak ada kaitannya dengan teknologi Wolbachia," tegasnya.

Begitu pula jika ada informasi yang mengkaitkan dengan filariasis. 

"Wolbachia yang ada pada cacing yang menyebabkan filariasis itu berbeda jenisnya dengan Wolbachia pada nyamuk Aedes aegypti," kata dr Utarini lagi. 

Jadi, Wolbachia ini bukan hanya satu jenis, tetapi ada ribuan jenis.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini