TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penyakit cacar monyet atau monkeypox (Mpox) kian banyak, seorang pasien dilaporkan meninggal.
Pasien monkeypox ini meninggal saat menjalani isolasi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Baca juga: Pasien Terjangkit Monkeypox Bertambah Jadi 57 Orang di Indonesia
"Satu kasus meninggal di dunia di RSCM," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam dengan subspesialis penyakit tropik dan infeksi Dr. dr. Lie Khie Chen, Sp.PD-KPTI, Kamis(23/11/2023).
Sebahaya apakah monkeypox hingga memakan korban? Perlukah waspada tingkat tinggi?
Berikut ulasan Tribunnews.com tentang pasien monkeypox yang meninggal dunia.
Kronologi Pasien Monkeypox Meninggal, Muncul Lesi Besar hingga Komplikasi Paru
Hanny Pakar dari Kelompok Staf Medis Dermatologi dan Venerologi RS Dr. Cipto Mangunkusumo dr Hanny Nilasari, Sp.D.V.E., Subsp menjelaskan kondisi pasien tersebut.
Saat pasien masuk, kondisi sudah berat dan lesi di kulit sudah cukup banyak dan besar.
"Berbagai lokasi itu kami temukan (lesi) meski satu persatu, lokasi hanya satu tapi cukup besar-besar, sampai perawatan di beberapa minggu manifestasi pada kulit ada muncul yang baru," tutupnya.
Terpisah Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialisasi Penyakit Tropik Infeksi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr dr Lie Khie Chen, SpPD-KPTI mengungkap bagaimana kronologi satu pasien Monkeypox yang meninggal dunia.
Sebelum dirujuk ke RSCM pasien Mpox yang meninggal sudah mendapatkan perawatan dari dua rumah sakit.
"Kami RSCM menerima rujukan. Sebetulnya pasien sudah dirawat RS Sulianti Saroso. dan sebelumnya sempat berobat di RS lain," ujarnya.
Ada sekitar 3-4 minggu sebelum pasien dirujuk ke RSCM. Diketahui pasien memiliki masalah pada pencernaan. Terjadi gangguan atau sumbatan pada aliran usus.
"Sehingga dirujuk tempat kami. Tidak bisa ditangani di RS sebelumnya. Perlu dilakukan operasi. Setelah operasi, kondisi pasien (sempat) stabil," papar dr Lie.
Namun, karena pasien memiliki penyakit penyerta lain dan Monkeypox terjadi perburukan.
"Kondisi lesi banyak dan berat, terjadi kondisi berkomplikasi. Sehingga perawatan 2 minggu, (terjadi) komplikasi paru yang sangat berat," jelasnya.
Baca juga: Ketahui Aturan Isolasi Bagi Pasien Monkeypox
Dirinya pun mengungkapkan pihak RSCM telah berusaha mengatasi komplikasi tersebut. Sayangnya kondisi pasien terlalu berat dan tidak tertolong.
"Segala upaya dan medis sudah diakukan. Tapi banyak komorbid lain memperberat kondisi pasien," tutupnya.
Sebahaya Apa Monkeypox? Benarkah Bisa Picu Kematian?
Jika sudah ada pasien monkeypox yang meninggal, sebahaya apakah penyakit ini?
Dr. dr. Lie Khie Chen, Sp.PD-KPTI menegaskan bahwa Monkeypox bukan jadi penyebab tunggal dari kematian pasien. Mpox umumnya punya angka kematian yang kecil.
"Pasien Mpox yang dirujuk memiliki komorbid yang berat. Kami rawat ini memang berkomplikasi, masuknya dengan kondisi bermasalah harus menjalani operasi di RSCM," kata dr Lie lagi.
Sehingga, dikatakan jika kondisi perburukan dan penyebab kematian sama sekali bukan Mpox.
Namun karena komorbid atau penyakit penyerta lainnya.
"Tentu saja tidak perlu khawatir. Mpox ini umumnya bisa diatasi. Masyarakat tidak perlu khawatir kasus berat sangat kecil dan sangat jarang (terjadi)," tegasnya.
Lakukan Pemeriksan Jika Muncul 3 Tanda Ini
Sementara itu hingga saat ini total sudah ada 43 kasus positif Monkeypox domisili DKI Jakarta per 22 November 2023.
Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta sekaligus Praktisi Kesehatan Masyarakat, Ngabila Salama mengimbau seluruh fasilitas kesehatan (faskes) masyarakat untuk membantu penemuan aktif kasus Monkeypox.
"Mohon bantuan seluruh faskes dan masyarakat DKI Jakarta untuk meningkatkan penemuan kasus aktif Monkeypox," kata Ngabila.
Di sisi lain, Ngabila pun mengimbau masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jika punya tanda-tanda seperti.
- 1. Punya lenting isi air atau lesi kulit
- 2. Tunjukkan gejala infeksi menular seksual (IMS).
- 3. Punya riwayat hubungan seksual beresiko
"Segera diperiksa swab PCR Monkeypox. Kontak seksual dengan kasus positif tanpa gejala juga segera lakukan pemeriksaan PCR," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan jika Monkeypox paling banyak dijumpai pada infeksi HIV dan IMS lainnya.
"Jangan takut terstigma, diagnosis dan pengobatan dini yang dpt dilakukan di seluruh faskes DKI adalah kunci utama mencegah kematian Monkeypox," ujarnya.
Sejauh ini positivity rate PCR 24 persen, dan semua bergejala ringan. Semua penularan terjadi dari kontak seksual dan merupakan laki-laki berusia kisaran 25-50 tahun. Untuk kasus tahun 2023, 24 orang pasien telah dinyatakan sembuh.
Sedangkan 18 pasien lainnya masih diisolasi. Sejauh ini ada satu orang yang merupakan supect dan 134 berstatus Discarded (PCR negatif). Ngabila pun menginformasikan penerima vaksinasi untuk Monkeypox saat ini di dosis pertama adalah 495 orang dan dosis kedua 33 orang.
Menkes Sebut Kasus Monkeypox Tembus 57 Orang
Kementerian Kesehatan laporkan perkembangan terbaru kasus positif Monkeypox di Indonesia. Saat ini, total kasus positif Monkeypox telah mencapai 57 kasus.
"Hingga kemarin total kasus terkonfirmasi Monkeypox ada 57 kasus," ujar Direktur Surveilans Karantina Kesehatan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan dr. Achmad Farchanny Tri Adryanto, M.K.M pada konferensi pers virtual, Kamis (23/11/2023).
Satu kasus ditemukan pada Agustus 2022 dan 56 lainnya ditemukan sejak Oktober 2023. Kasus konfirmasi Monkeypox pada 2023 terbanyak adalah DKI Jakarta 42. Lalu Banten 6 kasus, Jawa Barat 6 kasus, Jawa Timur 2 kasus dan Kepulauan Riau ada 1 kasus.
Saat ini ada orang suspect (diduga) dan telah diperiksa ke laboratorium, namun hasilnya belum keluar.
Dari 57 kasus, 33 orang diantaranya dinyatakan telah sembuh. Status perawatan hingga saat ini dari 57 orang, 7 kasus dilakukan isolasi di rumah sakit.
Sebanyak 14 orang lakukan isolasi mandiri dalam pengawasan dinas kesehatan. "Lalu yang dirawat rumah sakit dan meninggal dunia ada 1 kasus. Selebihnya sembuh 33 kasus," pungkasnya.
(Tribun Network/Aisyah/Anita K Wardhani/Wly)