News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Monkeypox

Mengapa Orang dengan HIV Rentan Terinfeksi Monkeypox? Begini Kata Dokter

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Monkeypox atau cacar monyet

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lebih dari 50 persen kasus Monkeypox (Mpox) di Indonesia diketahui terjadi pada orang dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV). 

Lantas kenapa orang dengan HIV rentan terinfeksi monkeypox? 

Baca juga: Pemerintah Akan Datangkan 4 Ribu Dosis Vaksin Monkeypox Desember Mendatang

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Anggota Dewan Pertimbangan Pengurus Besar (PB) Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, beri penjelasan. 

Menurutnya ada dua faktor penyebab hal ini bisa terjadi.

"Jadi mengapa? Rupanya pertama mengenai penularan, kedua sistim kekebalan," ungkapnya pada media briefing virtual, Selasa (5/12/2023). 

Baca juga: Rusia Alami Kelangkaan Obat HIV AIDS

Penularan Monkeypox memang bisa ditularkan dengan banyak cara. 

Namun penularan terbanyak adalah melalui hubungan seksual. 

Virus HIV pun sama, penularan pun bisa lewat hubungan seksual. 

Kedua, sistim kekebalan yang terganggu atau rendah juga menjadi faktor risiko terjadi penularan. 

Diketahui jika virus HIV merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.

Ilustrasi HIV (Freepik)

CD4 sendiri merupakan salah satu jenis sel darah yang menjadi bagian dari sistem pertahanan tubuh.

Jika HIV tidak terkendali, maka CD4 bisa saja menjadi rendah sehingga tubuh rentan terinfeksi. 

"Kesimpulannya adalah orang dengan HIV khususnya yang belum teraratasi, virusnya masih tinggi, harus lebih hati-hati, karena masih bisa tertular," jelas Zubairi. 

Namun tidak perlu khawatir,  kabar baiknya adalah pasien Monkeypox hampir semuanya sembuh sendiri.

Untuk pasien dengan kondisi berat juga tidak perlu cemas karena sudah ada beberapa obat.

"Angka kematian internasional rendah banget. Jadi kita memang perlu waspada, tapi tidak usah khawatir," tutupnya. 
 

--

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini