Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan Prof. Erlina Burhan menyebut bahwa pneumonia akibat bakteri mycoplasma sebenarnya bukanlah penyakit baru.
"Bakteri penyebab peradangan akut pada paru ini telah ditemukan dari lama, bahkan sejak periode 1930-an," ungkapnya pada konferensi pers virtual, Kamis (7/12/2023).
Baca juga: Mycoplasma Pneumoniae Bukan Penyakit Baru, Tingkat Keparahannya di Bawah Covid-19
Namun, belakangan bakteri ini menjadi perhatian dan kewaspadaan dunia.
Karena bakteri Mycoplasma pneumoniae diduga telah menyebabkan kenaikan kasus pneumonia di Tiongkok Utara dan Eropa yang mayoritas menyerang anak-anak.
Prof Erlina mengatakan karena bukan penyakit baru, pengobatan untuk Mycoplasma pneumoniae tidak susah dicari.
Baca juga: Tiga Anak di Jakarta Dikabarkan Terpapar Pneumonia Misterius, Kemenkes Angkat Bicara
Obat-obatan ini dapat ditemukan di Puskesmas dan dapat diperoleh menggunakan BPJS.
“Makanya, masyarakat tidak perlu panik karena penyakit ini sudah lama ditemukan di Indonesia,” kata Prof Erlina menambahkan.
Lebih lanjut ia mengingatkan masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Menurutnya, hal tersebut adalah kunci utama pencegahan penyakit ini.
Selain itu, masyarakat juga perlu mengikuti prosedur kesehatan seperti yang direkomendasikan WHO dan Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) untuk menurunkan risiko penyakit pernapasan.
Rekomendasi itu di antaranya melakukan vaksinasi terutama pada anak-anak, menjaga jarak dengan orang sakit dan tidak bepergian saat sakit.
Segera pergi ke dokter dan mendapatkan perawatan bila dibutuhkan, memakai masker, memastikan kualitas ventilasi baik dan rutin cuci tangan.
“Kita harus waspada dan terapkan PHBS serta jangan panik,” pesannya.