Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mencegah lebih baik daripada mengobati juga berlaku pada stunting yang menjadi permasalahan utama di Indonesia.
Berdasar data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), angka stunting di Indonesia sebesar 21,6 persen di tahun 2022.
Baca juga: Fokus Penurunan Stunting, APBN Punya Kebijakan Khusus untuk Tingkatkan Kesejahteraan Anak Indonesia
Ada beragam cara untuk bisa mencegah anak mengalami gizi kronis, dimulai sejak perencanaan kehamilan.
Sayangnya di Indonesia, masih banyak orangtua yang tidak mengenali ciri-ciri stunting.
Kondisi yang paling mudah dilihat adalah saat anak tidak memiliki tinggi badan sesuai usianya.
Baca juga: Pemerintah Diharapkan Segera Akselarasi Kebijakan Gizi Spesifik untuk Cegah Stunting
Lantaran anak stunting tidak selalu identik dengan anak yang pendek, maka sangat disarankan ibu untuk selalu memantau tumbuh dan kembang anak dalam periode 1000 hari pertama kehamilan (HPK)
Berikut tiga cara mudah untuk mencegah stunting:
1. Vaksinasi
Anak yang stunting kerap kali memiliki imunitas yang rendah.
Dengan imunisasi yamg lengkap, maka tubuh anak akan mampu melawan beragam infeksi.
Anak pun jarang sakit, sehingga tinggi badan dan berat badannya sesuai usia.
Ketua Bidang Humas dan Kesejahteraan Anggota IDAI DR. Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH menambahkan, berdasarkan data Profil Kesehatan Ibu dan Anak, lebih dari 37 persen anak tidak mendapatkan vaksinasi lengkap sehingga rentan terhadap penyakit yang bisa dicegah.
"Edukasi menyeluruh tentang vaksinasi anak, kemudahan akses konsultasi dan fasilitas kesehatan melalui teknologi pastinya bisa memberikan dampak positif yang nyata," kata dr Bernie dalam press conference di Cilandak, Jakarta Selatan, Minggu (10/12/203).
2. Nutrisi
Diketahui hasil survei Status Gizi Indonesia (SGI) 2021 menunjukkan 1 dari 4 anak Indonesia mengalami stunting dan 1 dari 10 anak mengalami gizi kurang.
Anak yang tidak mendapatkan asupan gizin yang baik sangat berisiko mengalami stunting.
Gizi yang baik merupakan pondisi yang penting bagi anak yang harus dipenuhi agar anak tumbuh maksimal.
Istilah Isi Piringku dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam sehari-hari.
Dalam masa pertumbuhan, anak-anak harus memperbanyak sumber protein, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.
Dalam satu porsi makan, setengah piring diisi oleh sayur dan buah, setengahnya lagi diisi dengan sumber protein (baik nabati maupun hewani) dengan proporsi lebih banyak daripada karbohidrat.
Ibu-ibu disarankan membuat MPASI yang dapat memenuhi gizi harian anak.
3. Pantau Tumbuh Kembang untuk Deteksi Dini
Sejalan dengan Dr. Bernie, Direktur Eksekutif International Pediatric Association (IPA) Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A, (K), FAAP, FRCPI (Hon.) menambahkan, stunting adalah permasalahan kompleks yang indikatornya harus ditinjau secara komprehensif dengan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Berdasarkan program intervensi Percepatan Penurunan Stunting yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan RI, data di tahun 2021 menunjukkan ada 6,5 juta dari 22 juta balita tidak dipantau tumbuh kembangnya secara rutin.
Selain, nutrisi, vaksinasi, dan hal lainnya, deteksi dini juga menjadi faktor penting untuk dilakukan para orang tua.
"Semoga di masa mendatang, tidak hanya pencegahan tetapi juga deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan bisa dipermudah melalui teknologi untuk memantau kesehatan anak yang holistik," tutur dia.
Digital parenting aplikasi mitra IDAI dan Kemenkes ini terus mengembangkan ekosistemnya dengan mengembangkan fitur aplikasi terbaru seperti Booking Vaksin.
“Didukung oleh edukasi menyeluruh dan pemahaman tentang pentingnya vaksin, program seperti Parenthood Institute pastinya akan menjadi katalis yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kita bersama meningkatkan kualitas kesehatan anak dan keluarga dengan merata di Indonesia," tutur CEO PrimaKu Muhammad Indraputra, CFA .