Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tekanan darah tinggi atau hipertensi kerap dipandang sebagai penyakit orang lanjut usia.
Namun belakangan, terjadi tren hipertensi diderita oleh mereka yang masih berusia muda. Bahkan anak-anak.
Oleh karena itu, anak dianjurkan untuk cek tensi darah bahkan sejak usia tiga tahun.
Hal ini diungkapkan oleh Anggota Unit Kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Heru Muryawan Sp.A(K).
Awalnya, kata dr Heru lewat berbagai penelitian di negara, skrining dicobakan pada bayi baru lahir, usia satu tahun dan lima tahun.
"(Tapi) ada kesulitan. Misalnya bayi baru lahir mengukur tekanan darah agak sulit juga. Kemudian setelah berbagai percobaan, deteksi dini (ditentukan) pada anak secara umum itu dimulai usia 3 tahun," ungkapnya pada media briefing virtual, Minggu (11/2/2024).
Sehingga, terjadi kesepakatan bahwa untuk skrining pada anak yang tidak punya faktor risiko dimulai dari usia 3 tahun.
Namun, pada anak yang memiliki faktor risiko, pemeriksaan dilakukan pada usia lebih dini lagi. Atau di bawah usia tiga tahun.
Beberapa faktor risiko seperti ada keturunan hipertensi, punya penyakit gangguan ginjal, obesitas, berat badan lahir rendah dan sebagainya.
Lebih lanjut, dr Heru mengatakan jika pada skrining di usia tiga tahun tidak menunjukkan masalah, maka aman.
"Tetapi pada usia tiga tahun, anak ada risiko seperti faktor keturunan, obesitas, berat lahir rendah, tekanan darah meningkat maka harus diulang setahun sekali saat masa anak-anak," imbaunya.
Selain itu, pada anak sehat dan punya tekanan darah normal tapi ada faktor risiko, pemeriksaan juga harus diulang setahun sekali.