Bisa saja orang tersebut telah menghadapi situasi berat hingga berkali-kali. Keadaan ini tentu turut memengaruhi kondisi psikisnya.
Kondisi psikis ini juga berisiko memunculkan bibit atau bahkan sudah mengalami gangguan kesehatan mental itu sendiri.
Sumber dari bibit atau masalah kesehatan mental ini munculnya pun beragam.
"Misalnya kita berasal dari keluarga yang memang punya keluarga skizofrenia atau depresi. Apakah akan bunuh diri? Tentu belum ya, tetapi kita punya bibitnya. Kasarnya kaya begitu," paparnya.
Faktor personal menurut Nirmala jauh lebih besar dibandingkan dari faktor sosial.
"Karena kondisi personal itu kan yang membuat akhirnya (punya) daya juang, lenting gak si orang-orang ini," jelasnya.
Kedua, faktor lingkungan. Bagaimana lingkungan tempat orang tersebut tumbuh dan tinggal.
Baca juga: Lokasi Satu Keluarga Loncat Bunuh Diri di Penjaringan, Masih Ada Bercak Darah dan Buket Bunga Melati
Lingkungan yang tidak mendukung, seperti tinggal dalam keluarga broken home dan tidak suportif tentu bisa memantik masalah kesehatan mental.
Namun, walau pun orang tersebut punya potensi depresi, tapi ia lahir dalam keluarga yang baik, selalu memberi dukungan dan kasih sayang, potensi bunuh diri bisa saja tidak muncul.
"Misalnya orang punya potensi depresi ternyata tumbuh (dengan) orangtua suportif, lingkungan masyarakat baik, ada solusi pemecahan masalahnya. Mungkin keinginan bunuh diri tidak akan muncul," imbuhnya.
Terutama jika orang tersebut tumbuh dalam lingkungan yang bisa mengajarkan bagaimana merespon segala sesuatu dengan baik.
"Semua orang punya masalah, lingkungan tempat tumbuh bisa mengajarkan dengan baik. Membuat kita bisa mengasah kemampuan problem solving," kata Nirmala.
Ketiga, faktor kondisi sosial. Ini bisa saja jadi pemicunya.
Misal, adanya regulasi yang sampai mengubah kondisi kehidupan seseorang.