TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Belakangan ini kesehatan mental jadi topik yang sering kali diangkat dalam forum-forum diskusi kesehatan.
Kesehatan mental atau mental health sudah menjadi masalah utama generasi muda Indonesia.
Kebiasaan dan lingkungan yang buruk bisa menjadi pemicu seorang anak muda kehilangan kepercayaan diri.
Selain itu, perundungan di sekolah, kekerasan dan kenakalan remaja, serta literasi digital yang rendah juga bisa menjadi penyebab kesehatan mental.
Melihat kondisi ini, lebih dari 200 pelajar dari latar belakang berbeda mengikuti program penguatan karakter bertajuk Tunas Bineka atau Temu Unjuk Kolaborasi Siswa Bineka.
Kegiatan tersebut merupakan program kolaborasi antara Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek dan Scholas Occurrentes, institusi di bawah naungan Vatican.
Tujuan program ini adalah menemukan solusi dari berbagai tantangan yang harus dihadapi oleh anak-anak muda.
Anak muda dilatih untuk mengidentifikasi permasalahan di sekitar dan menghasilkan solusi secara bersama-sama dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, menghargai perbedaan sudut pandang, dan menggunakan rasa empati.
“Inisiatif ini didedikasikan untuk mendengarkan aspirasi kaum muda secara inklusif. Kami mengundang kaum muda dari berbagai latar belakang, baik agama, suku, ras untuk berkumpul bersama. Melalui program pendampingan yang menyenangkan, seperti menggambar, teater, dan games, aspirasi mereka terungkap sesuai dengan apa yang mereka rasakan,” ujar Scholas Occurrentes Coordinator Wilayah Southern Cone Natalin Faravelli dalam keterangannya, Senin (26/8/2024).
Untuk diketahui, Scholas Occurrentes hadir di Indonesia melalui dukungan 5P Global Movement, sebuah inisiatif global yang didirikan oleh pengusaha dan filantropi Indonesia Arsjad Rasjid bersama Paus Fransiskus.
Selain di Jakarta, bersama Tunas Bineka, Scholas Occurrentes hadir juga di Bali, Lombok, dan Labuan Bajo.
“Kami berterima kasih atas dukungan dan kesempatan untuk membagikan pengalaman, terutama mewariskan nilai-nilai yang dibawa Paus Fransiskus terkait dialog universal melalui Tunas Bineka. Sebuah kehormatan bagi kami untuk ada di Indonesia,” ujar Natalin.
Ditambahkan Kepala Puspeka Kemendikbudristek Rusprita Putri Utami, pemilihan pelajar dengan latar belakang yang berbeda menjadi bagian penting dari program Tunas Bineka.
Ruang perjumpaan ini diharapkan bisa mendorong kaum muda menemukan solusi dari permasalahan yang ada melalui empati dan kemampuan berpikir kritis.
Baca juga: 4 Manfaat Quality Time Bersama Orang Terdekat yang Baik untuk Kesehatan Mental, Apa Saja?
Solusi yang dihasilkan sifatnya mengayomi semua pihak dan menguatkan sikap toleransi dan kepentingan bersama.
“Kami menyambut baik kolaborasi ini. Hal ini sejalan dengan gerakan Merdeka Belajar yang merupakan filosofi dari Ki Hadjar Dewantara, untuk menekankan semangat kemandirian pelajar dalam memecahkan berbagai masalah. Program ini akan memperkuat karakter para pelajar untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat. Program ini juga sejalan dengan semboyan bangsa Indonesia, yaitu Bhineka Tunggal Ika,” kata Rusprita.