Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA -- Beberapa waktu lalu, artis Jessica Iskandar mengumumkan kehamilan ketiganya.
Perempuan yang biasa disapa Jedar ini memilih program bayi tabung.
Baca juga: Keinginan Jessica Iskandar Terkabul, Hamil Anak Ketiga Berkelamin Perempuan
Bersama suaminya Vincent Verhaag, Jessica Iskandar ingin memastikan embrio yang ditanamkan terhindar dari risiko kelainan kromosom.
Jessica Iskandar menggunakan teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies) dalam program bayi tabung.
Setelah beberapa kali gagal hamil secara alami, melalui prosedur itu meningkatkan peluang keberhasilan program kehamilan Jessica Iskandar
Dari lima embrio yang dihasilkan, satu embrio yang paling sehat dipilih dan berhasil ditanamkan, sementara yang lain disimpan untuk masa depan.
Baca juga: Jessica Iskandar Ungkap Kebahagiaan Calon Anak Ketiganya Perempuan: Memang Ini yang Kita Nantikan
“Awalnya aku sempat was-was, tapi setelah dijelaskan dokter tentang prosesnya, aku yakin ini jalan yang tepat. Prosesnya tidak menyakitkan dan berjalan lancar,” ungkap Jessica dalam kegiatan baru-baru ini.
Dokter obgyn Morula IVF Surabaya, Benediktus Arifin MPH SPOG (K), FICS menjelaskan, langkah Jedar itu untuk mengurangi kelainan risiko kromosom.
Kelainan kromosom adalah kondisi genetik yang terjadi akibat kesalahan dalam pembelahan sel selama proses pembentukan sperma atau sel telur.
Akibatnya bisa menyebabkan berbagai penyakit bawaan, seperti down syndrome.
Ada beberapa jenis kelainan kromosom yang umum di antaranya, Down Syndrome (Trisomi 21). Bayi yang lahir dengan Down syndrome memiliki tiga salinan kromosom 21.
"Mereka akan mengalami keterlambatan perkembangan intelektual dan fisik. Kelainan kromosom berikutnya yaitu Sindrom Turner," ujar pria yang akrab dipanggil dr Benny itu.
Kondisi ini terjadi pada wanita dan disebabkan oleh hilangnya sebagian atau seluruh kromosom X, yang menyebabkan kemandulan serta masalah pendengaran dan penglihatan.
Ketiga adalah kelainan kromosom yang disebut Sindrom Klinefelter (XXY). Sindrom ini terjadi pada pria yang memiliki kromosom X tambahan, menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan disfungsi seksual.
Keempat adalah Trisomi 13 (Sindrom Patau) dengan kelainan yang menyebabkan cacat fisik dan intelektual berat serta kelainan organ seperti otak dan jantung.
Faktor Penyebab
Meski penyebab pastinya belum bisa ditentukan, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kelainan kromosom pada bayi.
Pertama, usia ibu hamil. Wanita yang hamil di usia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kelainan kromosom.
Kedua, paparan zat berbahaya. Konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan paparan zat kimia berbahaya selama kehamilan juga meningkatkan risiko kelainan kromosom.
Mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom pada bayi
Walau tak sepenuhnya dapat dicegah, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh calon orang tua untuk mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom.
"Dengan teknologi ini, embrio yang dihasilkan melalui proses bayi tabung diperiksa secara genetik untuk memastikan kromosomnya normal," ujar Dr Benny.
Kedua, konsumsi asam folat sesuai dengan rekomendasi yaitu 400 mikrogram per hari. Asam folat sangat penting dalam perkembangan janin.
Konsumsi makanan yang kaya asam folat, seperti sayuran hijau, sebelum dan selama kehamilan.
Ketiga, menghindari rokok dan alkohol.
Ibu hamil perlu menjauhi minuman alkohol dan merokok untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan cacat lahir.
Keempat, menjaga berat badan ideal. Wanita dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan kelainan kromosom.
Pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal.
Kelima dengan pemeriksaan kehamilan rutin.
Ditambahkan Kepala TRB Morula IVF Surabaya, dr Jimmy Yanuar Annas SpOG Subs F.E.R, teknologi PGT-A memberi harapan baru bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak.