Tak ingin terus berlarut, pihak sekolah turun tangan melakukan sejumlah program gizi. Satu di antaranya lewat kegiatan Germasaribu yang menyasar seluruh siswa tanpa terkecuali.
Program Telurisasi
Tak berhenti sampai di situ, siswa yang masuk kategori gizi kurang juga mendapat intervensi tambahan lewat kegiatan Telurisasi. Setiap seminggu sekali, mereka akan mendapatkan satu butir telur matang dari sekolah.
"Kenapa memilih telur? Pertama, murah dan mudah didapat. Kedua, telur merupakan bahan pangan dengan nilai nutrisi yang baik sekaligus sumber protein karena mengandung asam amino yang dibutuhkan tubuh," jelas Fitri.
Fitri mengungkapkan Telurisasi merupakan kelanjutan dari program One Day One Egg atau 1 Hari 1 Telur yang pernah dilakukan JAPFA di sekolahnya pada 2022.
Program tersebut diawali dengan melakukan skrining status gizi untuk menetapkan penerima manfaat. Dalam hal ini, JAPFA ikut melibatkan pihak sekolah dan Puskesmas Pleret sebagai tim ahli yang melakukan pengukuran status gizi siswa SDN Segoroyoso.
Seluruh siswa malnutrisi lantas mendapatkan intervensi dari JAPFA berupa telur. Setiap hari selama tiga bulan, JAPFA memberikan telur kepada siswa penerima manfaat untuk meningkatkan status gizinya.
"Hasilnya, status gizi sejumlah siswa yang mengikuti program One Day One Egg mengalami peningkatan. Sehingga kami merasa perlu melanjutkan program tersebut secara mandiri, meski pendampingan dari JAPFA telah berakhir," jelas dia.
Program gizi lainnya yang dilaksanakan sekolah binaan JAPFA itu adalah Kantin Sehat. Dalam program tersebut, kantin di SDN Segoroyoso menyediakan sejumlah menu sehat olahan sendiri, tanpa bahan pengawet, dan memiliki kandungan gizi.
Oleh karena itu, nyaris tak ditemukan snack atau makanan ringan kemasan di Kantin Sehat SDN Segoroyoso. Bahkan dengan adanya Kantin Sehat, tak ada pedagang makanan yang berjualan di luar sekolah saat jam istirahat.
"Siswa pun kami minta untuk membawa botol minum sendiri untuk mengurangi sampah plastik," ucapnya.
Fitri menjelaskan, pihak sekolah selalu melakukan monitoring dan evaluasi terkait menu di Kantin Sehat.
"Kami ingatkan penjual di Kantin Sehat saat menemukan ada makanan yang tidak sehat. Selain itu, kami juga meminta penjual melakukan variasi makanan yang dijual agar anak-anak tidak cepat bosan dengan menu yang itu-itu saja," beber Fitri.
Nah, keuntungan yang didapat sekolah dari kegiatan Kantin Sehat, lanjut Fitri, dipakai untuk membeli telur yang dibagikan kepada siswa dalam kegiatan Telurisasi.
Ia juga mengungkapkan, adanya Kantin Sehat juga meminimalisir risiko penyakit yang muncul akibat jajan sembarangan.