"Jadi kita cukup relatif aman, tapi jangan bergembira dulu. Bahwa ternyata saat ini di Indonesia juga seperti saya sampaikan tadi, bahwa angkanya semakin lama semakin meningkat," kata dr Kurnia menambahkan.
Ketiga, riwayat keluarga atau genetik. Faktor ini ternyata juga memegang peran yang sangat besar.
Keempat, adanya riwayat sindrom metabolik seperti diabetes dan kelima adalah obesitas.
Ia pun menyarankan para laki-laki untuk rajin berolahraga dan menjaga berat badan sehingga risiko terjadinya kanker ini bisa lebih ditekan.
Selain itu, laki-laki dianjurkan untuk mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Kebiasaan merokok juga harus dihentikan karena berimbas pada potensi risiko terjadinya kanker hingga berkali-kali lipat.
"Prostat ternyata punya potensi memberikan kontribusi untuk risiko terjadinya kanker prostat pada orang yang merokok," tambahnya.
Terakhir, Kurnia mengimbau masyarakat untuk tidak menghindari perilaku seksual berganti-ganti pasangan.
"(Bisa) infeksi, itu juga bisa menyebabkan risiko terjadinya kanker prostat. Jadi perilaku seksual yang tidak aman (juga berisiko)," katanya.
Baca juga: Fakta Atau Mitos, Masturbasi Bisa Cegah Kanker Prostat? Ini Kata Dokter