Artinya, RSJD Surakarta bisa mengetahui emisi karbon suatu rumah sakit dengan mengakses alat khusus tersebut. Melalui alat tersebut, rumah sakit dapat menghemat investasi dan non-investasi. Seperti halnya mengganti lampu dengan cahaya matahari, kampanye stiker hemat energi, hingga sosialisasi penggunaan AC di angka 24-26 derajat.
Adapun sinergitas program Si Gemes Oren menjadi awal mula tumbuhnya inovasi-inovasi Rahma dan tim, tak jauh kaitannya dengan rumah sakit ramah lingkungan.
Yakni inovasi Gandos Basah (Gandrung Dodolan Sampah, Nambah Resik lan Berkah - Gemar Berjualan Sampah, Menambah Bersih dan Berkah), inovasi Aset Dek Aza Manis (Taman Sehat dengan Berkolaborasi Pangan Bergizi Lezat Minuman Sehat dan Ekonomis), dan inovasi Pulang Rumah (Program Latihan Ulang di Rumah).
Inovasi-inovasi tersebut juga telah mengantarkan Rahma dan tim menyabet berbagi penghargaan regional, nasional bahkan internasional.
Dikenal sebagai inovator program kesehatan lingkungan, Rahma pun menjadi satu dari 10 individu terpilih untuk mengkuti program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) 2023 di Thailand pada 13 Juni 2023 lalu.
Dalam kegiatan yang digelar oeh Pemerintah Amerika Serikat itu, Rahma belajar keberlanjutan lingkungan dengan tema envirotech berupa 17 Sustainable Development Goals (SDGs), dunia harus mendukung keberlanjutan pangan, sanitasi dan konservasi air, limbah hingga mitigasi iklim.
Keikutsertaannya itu menjadi bekal spesial menambah ilmu dan semakin matang maju menatap ajang-ajang yang mengharumkan namanya menjadi Tenaga Kesehatan Teladan Nasional 2023.
Kolaborasi Menguntungkan
Selain kolaborasi demi terwujudnya ‘Polisi Energi’, Rahma juga menggagas inovasi Aset Dek Aza Manis, transformasi kesehatan untuk mendukung program SDG’s Poin ke 2 dan 13.
Program ini mengurangi emisi dengan konsep kolaborasi Healing Garden dan pemanfaatan panen yang diolah menjadi pangan dan minuman sehat bernutrisi tinggi.
Dalam perawatannya menggunakan pupuk buatan sendiri (kompos dan cair) diharapkan mampu mendukung Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi 3,81% di tahun 2030.
Jejak emisi karbon sebesar 43.097,42gr/jam dapat dipangkas dengan penambahan vegetasi sehingga surplus 29.876,02gr/jam dengan penurunan jejak emisi karbon sebesar 5,6% serta menghemat Rp 86.388.600 pertahun untuk biaya produksi pangan pasien merupakan bukti bahwa inovasi ini efektif dan efisien dalam mengurangi produksi jejak karbon.
Demikian merupakan kolaborasi menguntungkan dari tim sanitasi, green hospital dan tim Gizi yang masih terus beranjut hhingga kini.
Kolaboras tersebut berupa subtitusi silang dengan tim sanitasi memberikan hasil kebun seperti sayuran kol, pokcoy hingga buah-buahan misal kabotcha dan anggur.
“Saat ini bisa mensubtitusi bagian tim Gizi, belum mengcover semua kebutuhan. Tapi yang penting keberlanjutannya bisa membuktikan bahwa menurunkan emisi ini ga harus yg ribet kok,” papar perempuan kelahiran Ponorogo.