Selain itu, bangunan tersebut juga berfungsi untuk mencegah banjir jika air Danau Tondano meluap.
Konstruksi saddle dam sendiri terdiri dari timbunan batu boulder sedalam 12 meter dan dibangun secara parsial.
"Keliling Danau Tondano memang 46 kilometer, namun kami hanya akan membangun sepanjang 19 kilometer pada permukaan yang rendah saja," jelas PPK Danau Situ Embung BWS Sulawesi I, Hendrik.
Proyek yang sudah berjalan sejak tahun 2014 dan memakan biaya hampir 1 trilyun rupiah ini direncanakan memiliki ketinggian dua meter di atas permukaan danau sehingga diharapkan mampu menambah tinggi permukaan air danau sebanyak satu meter.
"Jika kita berhasil menaikkan satu meter saja, maka tampungan akan bertambah sebesar 46 juta meter kubik," tangkas Hendrik.
Dengan daya tampung sebanyak itu, pihak Kementerian PUPR Ditjen SDA berharap Danau Tondano tidak lagi kritis dan mampu menopang segala kebutuhan air di wilayah Manado dan sekitarnya.
Danau Tondano Sebagai Penopang Kebutuhan Air Sulawesi Utara
Selama ini kebutuhan air masyarakat Sulawesi Utara kebanyakan ditopang dari Danau Tondano.
Tiga PLTA besar di Sulawesi Utara, yakni PLTA Tonsealama, Tanggari 1 dan Tanggari 2. Bahkan menurut Hendrik, pemerintah berencana membangun dua PLTA lagi yang sumber airnya juga dari Danau Tondano.
Dua bendungan besar yakni Bendungan Kuwil Kawangkoan dan Lolak, airnya juga bersumber dari danau ini.
Bahkan Danau Tondano mampu membantu para petani mengairi sawahnya, yang mengalir melalui sungai-sungai kemudian disalurkan pada saluran irigasi.
Selain itu, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang meliputi Bitung, Manado dan Minahasa Utara menggantungkan kebutuhan airnya dari Danau Tondano.
"Begitu banyak manfaat yang bisa diambil dari danau ini. Bahkan kalau danau ini bisa kita jaga, biota danau juga bisa menjadi sumber mata pencaharian warga sekitar," tutup Hendrik. (*)