TRIBUNNEWS.COM, KOREA - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengapresiasi salah satu faktor kemajuan Korea Selatan yakni bergulirnya Saemaul Undong, atau Gerakan Desa Membangun. Sebuah prakarsa politik yang diluncurkan pada 22 April 1970 oleh Presiden Korea Selatan saat itu, Park Chung-hee untuk memodernisasi ekonomi pedesaan Korea Selatan.
Hal itu disampaikan Bamsoet saat memenuhi undangan Wakil Gubernur Provinsi Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan Mrs. Dal Hee Lee di kantor pemerintah provinsi Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan, Sekasa (19/9/23).
Dalam kunjungan balasan guna peningkatan kerjasama ekonomi tersebut, Mrs. Dal Her Lee atas nama Gubernur Gyeongsangbuk-do, Korea Selatan memberikan kepercayaan kepada Bamsoet menjadi Penasihat Kebijakan Ekonomi Provinsi Gyeongsangbuk-Do, Korea Selatan. Guna memberi nasihat tentang peningkatan kerjasama ekonomi dan perdagangan antara Gyeongsangbuk-Do dan Indonesia.
Selain Bamsoet, Anggota Komisi X DPR RI Robert Kardinal, Ketua Komite II DPD RI Yorrys Raweyai, serta Sekretaris Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia Junaidi Elvis, juga diminta menjadi anggota kerjasama Kelompok Penasihat untuk Kerjasama dan Pembangunan di Sektor Ekonomi dan Perdagangan antara Gyeongsangbuk-do dan Indonesia.
Baca juga: Bamsoet Ajak Delegasi FIA Region II Saksikan Mobil Ikonik Karya Anak Bangsa di Tuksedo Studio Bali
"Saya juga mengapresiasi komitmen pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-do terhadap berbagai kerjasama yang akan dilaksanakan, mulai dari kerjasama sektor pendidikan hingga pertanian," ujar Bamsoet.
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, sebagaimana disampaikan Vice Governor of Economic Affairs Province Gyeongsangbuk-do Mrs. Dal Hee Lee, salah satu faktor kemajuan Korea Selatan yakni bergulirnya Saemaul Undong, atau Gerakan Desa Membangun. Sebuah prakarsa politik yang diluncurkan pada 22 April 1970 oleh Presiden Korea Selatan saat itu, Park Chung-hee untuk memodernisasi ekonomi pedesaan Korea Selatan.
"Setelah sukses melakukan kerjasama sister province dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sejak tahun 2003, Pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-do juga terbuka untuk melakukan kerjasama sister city antara berbagai kota yang terdapat di Provinsi Gyeongsangbuk-d dengan berbagai kabupaten/kota di Indonesia. Potensi terbesarnya yakni dengan Kabupaten Purbalingga, tempat lokasi kampus UNPERBA sekaligus tempat lokasi berbagai perusahaan Korea beroperasi. Kerjasama sister city tersebut khususnya akan menyasar pengembangan ekonomi desa, pengembangan pertanian desa, hingga pengembangan sumber daya manusia desa. Sehingga kita juga bisa belajar dari gerakan Saemaul Undong," jelas Bamsoet.
Ketua Dewan Pembina Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Pertahanan dan Keamanan KADIN Indonesia ini juga mengapresiasi salah satu perusahaan Korea Selatan asal Gyeongsangbuk-do, SK Plasma, yang telah menjalin kerjasama dengan Indonesia melalui PT Binabakti Niagaperkasa Indonesia. Untuk mendirikan pabrik fraksionasi plasma pertama di Indonesia
"Peluang investasi Korea Selatan di Indonesia sangat terbuka lebar di berbagai sektor. Khususnya di sektor hilirisasi energi dan sumberdaya mineral. Mengingat kekayaan sumber daya alam Indonesia sangat berlimpah. Terdiri dari nikel terbesar di dunia, timah terbesar kedua di dunia, batubara termal/lignit terbesar ketiga dunia, bauksit terbesar keenam dunia, emas terbesar keenam di dunia, serta tembaga terbesar ketujuh dunia," pungkas Bamsoet. (*)
Baca juga: Bersama Rudy Salim, Bamsoet Resmikan Grand Opening Distrik Otomotif PIK 2