News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lestari Moerdijat: Layanan Kesehatan Inklusif Harus Diwujudkan Demi Pemenuhan Hak Warga Negara

Editor: Content Writer
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Osteoporosis Nasional (HON) 2023 yang digelar oleh Perkumpulan Warga Tulang Sehat Indonesia (Perwatusi) di Plaza Utara Gelora Bung Karno, Minggu (29/10/2023).

Dewan Pengawas Yayasan Kesehatan Perempuan, Zumrotin K Susilo mengungkapkan isu perkawinan anak, stunting dan kematian ibu karena proses reproduksi, merupakan masalah yang harus diatasi segera.

Masyarakat yang mengalami hal tersebut, jelas Zumrotin, sangat membutuhkan layanan kesehatan yang inklusif.

Dalam mendorong layanan kesehatan yang inklusif bagi masyarakat, dia menyarankan, agar mengandeng partai politik bekerja sama dalam mewujudkan layanan tersebut.

Dia mengaku pernah bekerja sama dengan partai politik untuk memperjuangkan sejumlah isu kesehatan untuk diatasi dan cukup berhasil.

Namun, jelasnya, ketika dukungan politik mengendur, upaya untuk mewujudkan pencegahan terkait perkawinan anak, penanggulangan stunting, dan pencegahan akibat reproduksi, jadi sulit kembali.

Zumrotin sangat berharap, pemerintah daerah mampu melanjutkan kebijakan-kebijakan baik terdahulu yang mengupayakan layanan kesehatan ibu dan anak yang memadai, seperti mencegah stunting dan perkawinan anak.

Koordinator Nasional Ikatan Perempuan Positif Indonesia, Ayu Oktariani mengungkapkan, secara umum hingga hari ini jumlah penderita HIV baru memperlihatkan kecenderungan meningkat.

Meski secara jumlah lebih banyak laki-laki yang terkena HIV, ujar Ayu, kerentanan terbesar akibat HIV justru terjadi pada perempuan karena faktor biologis dan sosial.

Anak yang dilahirkan dari seorang ibu yang terkena HIV, jelas Ayu, bila tidak segera mendapatkan intervensi akan lahir sebagai anak yang HIV.

Menurut Ayu, HIV itu sejatinya lebih sulit menular jika dibandingkan dengan penyakit paru-paru atau SARS. Namun, tambah dia, penderita HIV sangat terbebani karena stigma yang diterimanya.

Diakui Ayu, test HIV saat ini sudah tersedia di sejumlah fasilitas kesehatan di Indonesia dan mudah diakses.

Namun, tegas dia, pengobatan HIV menjadi tidak mudah karena stigma dan diskriminasi yang begitu kuat sehingga menjadi penghalang bagi penderita untuk berobat.

"Hidup dengan HIV itu tidak enak, jadi sebaiknya dicegah. Namun, bila sudah terkena HIV, jangan sampai jatuh sakit," ujarnya.

Ayu menyayangkan, kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri dalam upaya mencegah HIV masih rendah.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini