TRIBUNNEWS.COM - Kehangatan dan persahabatan mewarnai pertemuan antara Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid MA, dengan delegasi Mufti Perlis Malaysia, di Ruang Rapat Pimpinan MPR, Rabu (23/10/2024). Delegasi 17 Mufti Perlis Malaysia dipimpin oleh ketuanya Sahibus Samahah Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri Bin Zainul Abidin yang akrab disapa Dato’ Maza.
Kepada Wakil Ketua MPR Prof. Dato’ Arif Perkasa Dr. Mohd Asri Bin Zainul Abidin menyampaikan tujuannya datang ke MPR adalah untuk meningkatkan silaturahim dan mempererat tali persaudaraan diantara kedua bangsa dan negara. Dato’ Maza juga berharap dapat ilmu serta pengalaman menyangkut ketatanegaraan yang selama ini berjalan di Indonesia.
“Kami berharap hubungan antara Indonesia Malaysia semakin baik. Apalagi pimpinan kedua negara (PM Anwar Ibrahim dan Presiden Prabowo) sudah lama saling mengenal dan bersahabat satu sama yang lain. Kami mengapresiasi pidato Presiden Prabowo menyangkut pemberantasan korupsi, hingga masalah pemerataan kemakmuran. Semoga isi pidato tersebut bisa direalisasikan untuk kejayaan bangsa Indonesia. Itu adalah pidato yang bagus dan memberi harapan,” kata Dato’ Maza.
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kata Dato’ Maza Indonesia lebih matang dibanding negara-negara sekitar, termasuk Malaysia. Terlebih menyangkut hubungan antara Islam dan negara. Karena itu tidak berlebihan jika negara-negara sekitar, berguru dan menimba pengalaman kepada Indonesia dalam mengelola sumber daya yang dimilikinya.
Menjawab keinginan delegasi Mufti Perlis Malaysia, Hidayat Nur Wahid atau HNW berterimakasih atas kunjungan dan menyambut hangat ajakan mempererat tali silaturrahim diantara kedua bangsa dan negara. HNW juga mengapresiasi keinginan Mufti Perlis Malaysia untuk bisa bertemu dan berdialog secara rutin, termasuk dengan negara-negara tetangga lainnya.
“AlhamduliLlah, inilah nikmatnya persaudaraan dalam berislam. Kita merasakan keberkahannya, dengan berislam kita jadi lebih mudah bertemu dan berkolaborasi dengan siapapun, termasuk saudara-saudara yang berasal dari negara-negara atau organisasi-organisasi yang berbeda. Demikian harusnya hubungan antar muslim, karena Islam menganjurkan saling berukhuwah, bershilaturrahim dan berta’awun. Bukan malah terpecah-belah, berhadap-hadapan, bersyu’udzon, apalagi saling membinasakan,” kata HNW.
Menurut Politisi senior PKS, itu Indonesia tengah dalam masa transisi antara pemerintahan yang lama dengan yang baru. Itu bisa dilihat dari segala penatan yang tengah dilakukan baik oleh lembaga Eksekutif maupun legislative, termasuk MPR RI.
MPR kata HNW, merupakan rumah kebangsaan dan rumah konstitusi. MPR banyak menerima tamu dan para tokoh baik dari dalam maupun luar negeri. MPR sendiri baru menyelesaikan tugas konstitusionalnya, melantik Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam Pemilu 2024.
“Seperti yang disampaikan Dato’ Maza, kami dari PKS juga berbahagia mendengar pidato Presiden dan juga Ketua MPR. Di mana keduanya menegaskan posisi bangsa dan negara Indonesia yang tetap mendukung bangsa Palestina. MPR dan Presiden RI tegas menolak penindasan serta penjajahan Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina,” kata Hidayat lagi.
Di Indonesia menurut Hidayat Islam berkembang dengan baik, mampu bersinergi dengan kelompok lain, termasuk dalam menentukan arah tujuan berbangsa dan bernegara. Itu bisa dilihat dari sila-sila dalam Pancasila. Mulai dari sila pertama hingga kelima, dijiwai dan mengandung nilai-nilai keislaman bahkan terminology-terminologi yang asalnya dari alQuran dan asSunnah seperti ungkapan adil, adab, hikmat, musyawarah, serta rakyat. Dan dari 9 Panitya yang menyepakati Pancasila dalam Piagam Jakarta juga ada 4 tokoh/ulama Umat Islam yang sangat dihormati.
“Bahkan menurut Buya Hamka, Pancasila itu ibaratnya angka 10.000. jika angka pertamanya hilang maka angka berikutnya tinggal kosong-kosong. Dan yang pertama itu adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, yang juga bermakna tauhid, dimaknai sebagai tauhid oleh Ki Bagus Hadikusumo (Ketua PB Muhammadiyah, anggota PPKI). Jadi salah besar bila ada oknum yang membenturkan Islam dengan Pancasila,” pungkas HNW.