TRIBUNNEWS.COM - Langkah Kementerian Kelautan dan Perikanan meningkatkan produktivitas budi daya perikanan air tawar di Kalimantan Tengah untuk menyokong program swasembada pangan, mendapat dukungan dari Komisi IV DPR RI. Kondisi geografis yang luas dapat dimaksimalkan untuk mengembangkan budi daya ikan patin dan nila.
“Kunjungan kerja reses di Kalimantan Tengah untuk memastikan upaya Pemerintah dalam rangka swasembada pangan, dan memastikan kegiatan perikanan baik darat, tawar dan laut semakin maju,” ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR, Ahmad Yohan sebagai ketua rombongan kunker reses di Kalimantan Tengah.
Kegiatan perikanan menurutnya memegang peranan penting dalam memenuhi asupan gizi masyarakat. Hal ini lantaran 50 persen kebutuhan protein berasal dari hasil perikanan.
Untuk meningkatkan produktivitas perikanan budi daya, Ahmad Yohan bersama KKP mengupayakan kemudahan memperoleh pinjaman modal bagi pembudidaya tradisional.
“DPR bersama KKP akan terus memfasilitasi dan berkoordinasi dengan pihak Perhimpunan Bank Negara (Himbara) untuk memerangi agar pembudidaya tradisional tidak terjerat dengan pinjaman online (pinjol) atau rentenir. Kucuran KUR ini sangat diharapkan masyarakat pembudidaya tradisional dan jangan dipersulit,” tegas Yonan.
Selain itu, Yohan menemukan kendala lain yang dihadapi pembudidaya ikan air tawar di Kalimantan Tengah yakni sulitnya akses jalan produksi. Padahal menurutnya sarana jalan produksi akan mempengaruhi sukses tidaknya program swasembada pangan, sehingga pembudidaya tidak kesulitan mengangkut hasil panen.
“Kami minta kepada Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah, khususnya Kabupaten Kapuas agar dapat mendukung kelancaran jalan akses produksi budi daya sehingga peningkatan kesejahteraan pembudidaya dapat tercapai sesuai dengan yang ditargetkan,” jelas Yohan.
Yohan berharap semoga anggaran KKP bisa bertambah untuk menggenjot produksi benih ikan bermutu dan meningkatkan produksi pakan mandiri yang berkualitas dalam membantu kelompok pembudidaya ikan tradisional meningkatkan produksinya secara berkelanjutan.
Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya Tb Haeru Rahayu menyebut Kalimantan Tengah merupakan provinsi terluas di Indonesia atau setara dengan 1,5 kali Pulau Jawa. Kondisi geografis yang didominasi oleh lahan gambut punya potensi besar untuk kegiatan budi daya ikan patin. Khusus Kabupaten Kapuas, produksi saat ini mencapai 12.850 ton per tahun.
“Usaha budi daya ikan di lahan gambut memiliki potensi yang menjanjikan. Dengan pengelolaan lahan yang baik, lahan gambut dapat dijadikan kolam ikan air tawar yang produktif seperti ikan patin dan ikan nila,” ujar Tebe.
Tebe merasakan semangat pembudidaya di Kapuas sangat tinggi. Meskipun sering menghadapi tantangan seperti air gambut dengan pH rendah, namun dengan keuletan mengelola lahan, maka usaha budi daya ikan dapat berjalan berkelanjutan.
Sementara itu, Plt. Kepala Balai Perikanan Budi Daya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin Samsul Bahrawi telah menyalurkan dukungan bantuan benih ikan patin siam dan ikan nila berkualitas kepada kelompok pembudidaya ikan di Kapuas. Ikan patin siam memiliki nilai ekonomi tinggi dan cenderung lebih tahan terhadap oksigen rendah dan keasaman air. Sedangkan ikan nila sebagai salah satu komoditas unggulan KKP mampu juga memiliki kemampuan bertahan hidup yang tinggi.
“Keunggulan benih ikan air tawar dari BPBAT Mandiangin dan Instalasi Budi Daya Ikan Lahan Gambut (IBILAGA) Pulang Pisau yang merupakan bagian Instalasi dari BPBAT Mandiangin yaitu selain pertumbuhan cepat, juga dengan cepat beradaptasi pada kondisi perairan di Kalimantan Tengah seperti di Kapuas. Tentunya ini mengurangi angka kematian yang menyebabkan kerugian,” papar Samsul.
Samsul menerangkan, benih dari BPBAT Mandiangin dan IBILAGA Pulang Pisau berasal dari induk hasil pemuliaan. Benihnya adaptif terhadap lingkungan dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) bisa menembus angka 85-90 persen dibandingkan benih dari luar hanya mencapai 60-70 persen.