Adapun enam kelurahan itu meliputi Bidara Cina, Kebon Baru, Bukit Duri, Kampung Melayu, Manggarai, serta Kebon Manggis. Sodetan Ciliwung disebut Jokowi melengkapi program penanggulangan banjir di Jakarta yang selama ini juga diupayakan pemerintah pusat.
Sebelumnya, pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah merampungkan pembangunan Waduk Ciawi-Sukamahi serta Kanal Banjir Timur (KBT).“(Penanganan) baru kira-kira 62 persen dari persoalan banjir di Jakarta. Artinya, masih ada pekerjaan rumah (PR) 38 persen, harus dikerjakan bersama-sama Kementerian PUPR dan Pemprov DKI,” ungkap Jokowi.
Untuk menyelesaikan PR tersebut, Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Sumber Daya Air (SDA) melakukan sejumlah upaya penanganan banjir. Pertama, optimalisasi pengoperasian sarana dan prasarana pengendali banjir. Kemudian, penanganan banjir rob melalui tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD).
Baca juga: Helikopter Basarnas Simulasikan Evakuasi Korban Kritis Bencana Banjir Jakarta dan Sekitarnya
Ketiga, pengerukan waduk/situ/embung, kali/sungai, dan saluran air lainnya. Selanjutnya, pemeliharaan sarana dan prasarana, seperti pompa stasioner maupun mobile. Terakhir, pemetaan wilayah rawan banjir dan genangan.
"Sesuai arahan dari Pak Pj. Gubernur Heru, kami di Dinas SDA secara konsisten terus melakukan berbagai upaya mengantisipasi dampak musim hujan dan memperkuat sinergi dengan berbagai pihak," terang Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Dinas Sumber Daya Air Provinsi DKI Jakarta Hendri.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji menambahkan, pihaknya juga membentuk Tim Reaksi Cepat (TRC) penanganan banjir yang siap siaga 24 jam penuh. “TRC itu untuk mengantisipasi banjir, jumlah personelnya ada 266 orang,” bebernya saat dikonfirmasi.
Isnawa menjelaskan, tim ini bertugas memantau banjir dan melakukan evaluasi saat banjir menerjang suatu kawasan di Jakarta. Selain itu, tim ini juga bakal mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan di lingkungan sekitar tempat tinggal. “Mereka piket atau siaga 24 jam non-stop,” paparnya.
Baca juga: Memasuki Musim Hujan Waspadai Penyakit DBD Menyerang Anak, Berikut Tips Mencegahnya
Sementara itu, pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Nirwono Yoga mengutarakan, banjir Jakarta biasanya disebabkan oleh dua hal, yaitu luapan sungai dan banjir rob. Ia meminta Pemprov DKI Jakarta bisa fokus pada penanganan banjir kiriman yang kerap terjadi akibat luapan beberapa sungai atau kali, seperti Ciliwung, Cipinang, Pesanggrahan, Angke, dan Sunter. “Fokus pada penanganan banjir kiriman, yaitu luapan air sungai ke permukiman yang tepat berada di bantaran sungai,” imbaunya.
Tak hanya itu, Nirwono pun berpesan supaya Pemprov DKI Jakarta juga memikirkan penanganan banjir untuk jangka panjang, dengan melakukan penataan permukiman di bantaran kali. Sebab, beberapa program yang dijalankan saat ini dinilai hanya bersifat sementara atau jangka pendek. “Kalau Pemprov tak serius menata bantaran sungai, sampai kapan pun permukiman seperti di Kebon Pala akan selalu kebanjiran saat musim hujan,” pungkasnya. (*)