News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Traveling

Akses, Kendala Terbesar Pengembangan Industri Pariwisata Domestik

Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Agung Budi Santoso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Keindahan kota Jayapura di kala senja dipandang dari atas bukit.

Laporan Wartawan Tribun Jakarta, Daniel Ngantung

TRIBUNNEWS.COM - Sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi ujung tombak perekonomian Indonesia.

Sebab, sektor energi, penyumbang terbesar pemasukan negara saat ini, dipastikan tidak dapat diandalkan lagi seiring habisnya sumber energi di negeri ini dalam jangka waktu 20 tahun ke depan.

Hal ini disampaikan Panca Sarungu, Presiden Indonesia Travel and Tourism Awards (ITTA) Foundation, saat jumpa pers ITTA di Jakarta, Senin (16/12/2013).

Ia menyebut sektor pariwisata sebagai industri yang paling menjanjikan untuk menopang perekonomian negara.

"Negeri kita kaya akan alam yang cantik. Dalam beberapa tahun terakhir industri perhotelan juga sedang bergairahnya. Indonesia juga menjadi pemesan pesawat terbanyak di dunia," ujar dia.

Namun diakui Panca, masih banyak tantangan-tantangan dalam pengembangan industri pariwisata dalam negeri.

Akses disebutnya sebagai tantangan terbesar. Akses mencakup kapasitas bandara berikut jumlah maskapai penerbangan lokal yang melayani rute internasional.

Ia menilai kapasitas bandara sejauh ini belum mampu menampung jumlah penerbangan secara maksimal.

"Pemerintah diharapkan dapat memperluas area bandara dan memperbaiki kemampuan air traffic controller," tutur Panca.

Panca pun mengapresiasi langkah pemerintah memindahkan sebagian penerbangan komersial ke Bandara Halim Perdanakusuma yang mulai efektif pada 10 Januari 2014 mendatang.

Selain akses, minimnya rute internasional yang dilayani oleh maskapai penerbangan lokal turut menjadi tantangan tersendiri.

Menurutnya penambahan destinasi internasional sangat penting untuk mendatangkan lebih banyak wisatawan asing ke Indonesia. "Dibandingkan maskapai negara lain, misal Singapore Airlines yang melayani minimal lima destinasi internasional dari Singapura tiap harinya, Indonesia masih kalah banyak," katanya.

Maskapai asing yang melayani rute negara asalnya dari dan ke Indonesia juga belum terlalu banyak karena terbentur masalah kerjasama diplomatik.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini