TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ada hal istimewa di pameran Kerajinan terbesar di Indonesia, International Handicraft Trade Fair (INACRAFT) 2019 kali ini.
Pameran yang menawarkan beragam produk kerajinan di Jakarta Convention Center dari 24 April hingga 28 April 2019 ini turut pula menampilkan hasil karya penyandang disabilitas.
Nyatanya, karya-karya mereka membuktikan keterbatasan fisik tidak menjadi halangan untuk menghasilkan produk menarik yang tinggi nilai seni.
Hal ini dibuktikan Zahwa Rahmawati, penyandang disabilitas tunarungu yang menekuni usaha membatik sejak setahun lalu.
Tangan siswi kelas 1 SMP ini begitu lihai menggoreskan canting ke lembaran kain putih sesuai pola rangkaian bambu yang sudah dibentuk sebelumnya.
Jari-jarinya tampak luwes mencelupkan ke lilin yang dipanaskan dalam sebuah tungku api dan menorehkannya pada lembar kain putih di depannya.
Gadis berusia 13 tahun ini bisa duduk seharian penuh menggambar motif batik di rumahnya yang berada di Kota Bekasi.
Selain di rumahnya, Zahwa juga sesekali bolak-balik melakukan aktivitas mencanting di Koperasi Kombas (Komunitas Batik) yang merupakan produsen asli batik Kota Bekasi.
"Batik hasil cantingan Zahwa ini sudah banyak dipakai di Bekasi, terutama pegawai-pegawai Pemkot Bekasi. Pasarnya masih di sekitar Bekasi, sudah banyak pesanan dari beberapa pihak," ujar Yati Rusmiati, ibu Zahwa ditemui di Rumah Kreatif BUMN (RKB) BNI di Inacraft 2019, Senayan, Jakarta, Rabu (24/4/2019).
Batik tulis karya Zahwa ini dijual bervariasi, tergantung tingkat kesulitan motif, dari mulai Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per meternya.
Sejumlah motif batik memang butuh waktu pengerjaan yang cukup lama, bahkan hingga satu minggu untuk 1 lembar kain batik.
Meski belum sepopuler daerah pembatik lainnya, batik khas Bekasi memiliki corak yang khas dengan warna cenderung cerah. Setidaknya, saat ini ada 12 pakem batik khas Kota Patriot tersebut.
Beberapa motif yang cukup banyak peminatnya antara lain motif bambu, teratai, ikan, rumah adat, golok, hingga Gedung Juang. Proses pembuatan Batik Bekasi juga tak berbeda dengan daerah lain.
"Zahwa ini kan ikut komunitas Kombas, ada beberapa pembatik lainnya yang difabel. Kebetulan pemerintah Kota Bekasi sangat mendukung, respon pasarnya juga bagus. Sejauh ini cukup laris. Ada yang pesan sampai ribuan lembar," kata Sri Sunarti, Pengurus Kombas yang juga guru membatik Zahwa dan sejumlah difabel lain di komunitas tersebut.