Beliau berkata,
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِلَى الْمُصَلَّى وَاسْتَسْقَى وَحَوَّلَ رِدَاءَهُ حِينَ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ. قَالَ إِسْحَاقُ فِى حَدِيثِهِ وَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ اسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَدَعَا
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar ke tanah lapang dan beliau hendak melaksanakan istisqo’ (meminta hujan). Beliau pun mengubah posisi rida’nya 1 (yang semula di kanan dipindah ke kiri dan sebaliknya) ketika beliau menghadap kiblat. (Ishaq mengatakan), 'Beliau memulai mengerjakan shalat sebelum berkhutbah kemudian beliau menghadap kiblat dan berdoa.'"
Istisqa berarti minta turun hujan dari Allah SWT untuk sejumlah negeri atau hamba-hamba-Nya melalui salat, berdoa, dan beristighfar ketika terjadi kemarau.
Masih dari sumber yang sama, Istisqa memiliki tiga macam, yaitu:
1. Istisqa yang paling ringan, yaitu doa tanpa salat dan tidak juga setelah salat di masjid atau selain masjid, sendiri atau jemaah.
Dan sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang shalih.
2. Istisqa pertengahan yaitu doa setelah salat Jumat atau salat lainnya, ketika khotbah Jumat atan khotbah yang lain.
3. Istisqa yang paling utama adalah Istisqa dengan didahului salat dua rakaat dan dua khutbah.
Dilakukan oleh muslim, baik musafir maupun muqim, penduduk kampung atau kota.
Waktu Pelaksanaan Salat Istisqa
Jika hanya doa, maka dapat dilakukan kapan saja dan lebih baik jika dilakukan saat khotbah Jumat.
Jika doa dan salat diringi dengan dua khotbah, maka dapat dilakukan kapan saja.
Bahkan menurut pendapat yang paling sahih, boleh dilakukan pada waktu yang dimakruhkan salat.