"Kemudian kebutuhan-kebutuhan yang akan diinginkan bulan depan misalnya itu juga kita rencanakan," terangnya.
"Dalam membuat list kebutuhan, kita harus disiplin diri mematuhi yang sudah kita rancang tadi," tambah Suharno.
Menurut Suharno, masyarakat biasanya tidak suka membuat catatan seperti ini.
Hal ini lantaran mereka menganggap semua kebutuhannya tetap terpenuhi sekalipun tanpa membuat catatan.
Namun, tanpa catatan yang baik, terkadang situasi yang tak terduga seperti pandemi Covid-19 saat ini, bisa membuat kondisi perekonomian keluarga terpuruk.
"Biasanya kita ini tidak suka dengan catat-mencatat gitu, karena menganggap toh tanpa dicatat pun kita sudah bisa memenuhi kebutuhannya."
"Namun terkadang tanpa catatan yang bagus, akibatnya kita lihat seperti hari ini, tiba-tiba ada hal yang di luar kita rencanakan," kata Suharno.
Viral di Media Sosial
Curhatan karyawan swasta di Jakarta itu pertama kali muncul dalam unggahan akun Facebook Ayat Dhoif.
Unggahannya tersebut viral saat dibagikan ulang oleh aku Twitter @Justggrama pada Selasa (12/5/2020), lalu.
Berikut isi curhatan karyawan yang viral tersebut:
Sedikit curhat, saya seorang karyawan swasta di Jakarta.
Gaji saya Rp 20 juta per bulan, tapi setelah Covid-19 ini saya hanya digaji separo, hanya sekitar Rp 10 juta per bulan.
Saya mohon bantuan dari pemerintah untuk makan anak-istri karena sisa gaji segitu tidak cukup, karena saya ada cicilan mobil Rp 4,5 juta per bulan, ditambah saya ada KPR sekitar Rp 5 juta per bulan, jadi sebulan saya hanya sisa Rp 500 ribu.