News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Marak Pesepeda Penuhi Jalan, Begini Etika yang Baik Saat Gowes Agar Tak Ganggu Pengguna Jalan Lain

Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sejumlah warga semarang tetap berolahraga seperti joging dan bersepeda di kawasan Simpang Lima, Semarang. Minggu (15/3/2020). Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang juga meniadakan CFD di kawasan Simpanglima, Kota Semarang. CFD ditiadakan sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan sebagai bentuk antisipasi terhadap penyebaran Covid-19.

TRIBUNNEWS.COM - Selama pandemi Covid-19, bersepeda menjadi olahraga yang tengah tren di masyarakat.

Namun, tren bersepeda kadang kala justru membuat pengendara lain merasa tak nyaman.

Pasalnya, para pesepeda itu gowes di jalan raya secara berjajar, sehingga memenuhi badan jalan.

Terkait dengan hal itu, praktisi kesehatan masyarakat sekaligus pesepeda aktif, Endri Budiwan memberikan tanggapannya.

Menurut Endri, ramainya pesepeda yang memenuhi jalan ini hanya fenomena sesekali saja.

Sebab, saat ini semua orang sudah menjalani sebagian aktivitas di rumah, sehingga ada keinginan dari mereka untuk melakukan kegiatan di luar rumah.

Praktisi Kesehatan Masyarakat sekaligus pesepeda aktif, Endri Budiwan. (Dokumentasi Endri Budiwan)

Satu di antara yang dipilih adalah dengan bersepeda.

Lantaran hal itu, lanjut dia, kemudian terjadi konflik dengan sesama pesepeda dan pengguna jalan lain.

"Sebagian penyebabnya karena banyak yang baru bersepeda sehingga tidak terlalu paham etika yang baik."

"Sebagian lagi penyebabnya karena jalanan kota tidak didesain untuk pesepeda sehingga terjadi konflik antar pesepeda dengan pengguna jalan yang lain," jelas Endri kepada Tribunnews.com, Kamis (11/6/2020).

Baca: Bersepeda di Tengah Pandemi Memakai Masker, Amankah? Berikut Penjelasan Praktisi Kesehatan

Dokter lulusan Universitas Padjajaran ini mengatakan, tren bersepeda seharusnya dijadikan momentum pemerintah setempat untuk memperbaiki infrastruktur kenyamanan bersepeda sebagai opsi transportasi, terutama sebagai pengganti transportasi umum.

Misalnya, dengan memasang cone block untuk jalur sepeda.

Hal lain yang bisa dilakukan menurut Endri, adalah dengan membuat batasan kecepatan di beberapa ruas jalan yang ramai, seperti dengan membuat 'polisi tidur'.

"Jalanan di kota-kota maju biasanya membatasi kecepatan kendaraan di dalam kota pada rentang 30-40 kpj," ucap dia.

Baca: Benarkah Nekat Bersepeda Pakai Masker Sebabkan Orang Meninggal Dunia, Ahli Ungkap Kebenarannya

Endri juga menilai, bersepeda sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, setelah mereka berdiam diri di rumah selama berbulan-bulan.

Menurut Endri, untuk tetap mempertahankan tren bersepeda perlu campur tangan pemerintah kota dalam menyediakan sarana infrastruktur.

Infrastruktur yang dimaksud Endri, misalnya terkait dengan jalur sepeda yang aman, tempat parkir yang memadai di perkantoran serta pusat perbelanjaan.

Sehingga sepeda tidak hanya digunakan untuk berolahraga tetapi juga bisa digunakan sebagai sarana transportasi pribadi.

Baca: Marak Gowes di Masa Pandemi Covid-19, Wujud Sadar Kesehatan atau Hanya Tren? Ini Kata Sosiolog

"Kalau pemerintah kota abai dengan tidak memperbaiki infrastruktur kenyamanan bersepeda, tren ini mungkin hanya akan sesaat saja dan sepeda tidak kemudian digunakan untuk keperluan transportasi," terangnya.

"Misalnya pesepeda saat car free day Jakarta selalu ramai memenuhi jalan yang sangat lebar seperti Jalan Thamrin dan Sudirman."

"Namun yang menggunakan sepeda untuk keperluan transportasi masih sangat sedikit karena infrastruktur bersepeda masih sangat minim," terangnya.

Lalu apa saja etika bersepeda yang harus diterapkan oleh para pesepeda agar tidak menganggu pengendara yang lain?

Baca: Gelar Acara Gowes Massal di Senin Pagi, Program Batam Bersepeda Dihujat Warga karena Buat Macet

Berikut etika bersepeda secara umum menurut Endri Budiwan:

1. Menggunakan helm.

2. Menaati peraturan lalu lintas kika berkendara di jalan raya.

3. Menggunakan lajur paling kiri.

4. Jika bersepeda berkelompok maka membuat barisan memanjang.

Sehingga tidak memenuhi badan jalan, intinya berbagi jalan dengan pengguna jalan yang lain.

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini