Santosa Doellah ternyata masih terhitung keluarga dengan sang istri, Danarsih.
Santosa Doellah dibesarkan oleh keluarga yang juga sudah menggeluti perbatikan.
Ibu Santosa Doellah, wafat umur yang masih sangat muda.
Santosa kemudian dibesarkan oleh kakeknya, Raden Wongsodinomo.
Raden Wongsodinomo merupakan seorang saudagar batik yang cukup terpandang di Surakarta.
Sejak tahun 1937, Raden Wongsodinomo merupakan salah satu orang yang aktif membentuk koperasi untuk para pembatik.
Maka dari itu, Santosa Doellah tumbuh di antara para pembatik.
Di bawah didikan sang kakek, Santosa Doellah mulai mempelajari banyak hal mengenai batik.
Mulai dari ragam hias, proses, dan teknik untuk menghasilkan selembar kain adiluhung untuk keraton hingga kain batik sudagaran berkualitas.
Santosa mengenyam pendidikan di Universitas Padjadjaran, Fakultas Ekonomi.
Saat kuliah, batik bisa dibilang menjadi gangguan utamanya.
Karena Santosa Doellah, juga sibuk berjualan batik sambil membangun jejaring usahanya di tengah perkuliahannya.
Setelah lulus sebagai seorang Sarjana Ekonomi, Santosa kembali ke Solo dan memutuskan untuk tetap berkecimpung di dunia batik.
Tahun 1967, Santosa menikah dengan Danarsih.