Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia terkenal akan kekayaan wastra atau kain tradisionalnya.
Satu di antaranya adalah kain Pinawetengan, wastra yang berasal dari Minahasa.
Tidak hanya tampilkan kecantikannya, kain Pinawetengan ini turut melestarikan budaya Mihasa lewat corak-coraknya.
Oleh Pimpinan Pengrajin Kain Pinawetengan Iyarita Wiryawati Mawardi, diungkapkan jika corak yang dimiliki kain Pinawetengan ini punya perbedaan yang tidak dimiliki oleh wastra lainnya.
"Karena coraknya itu hanya di Minahasa. Yaitu (terinspirasi) dari Watu Pinawetengan, guratan yang ada di batunya. Jadi jelas beda dari kain lainnya," ungkapnya pada acara Kartini Fitri: Raya Wastra Nusantara, di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (14/4/2023).
Baca juga: Wastra Nusantara Pukau Panggung Mode Dunia Lewat Tenun Ende dan Gringsing
Selain itu, keunggulan dari kain Pinawetengan ini masih dibuat secara tradisional atau langsung menggunakan tangan.
Selama proses pembuatan, butuh waktu dan kesulitan yang beragam.
Iyarita pun mengisahkan jika untuk proses pembuatan kain ini, butuh waktu yang tidak sebentar.
"Kalau pemasangan menjadi satu kain itu pembidangannya itu ikat butuh kurang lebih dua minggu. Sama-sama dengan songket pun sama," katanya.
Itu baru pemasangan benang-benang ke tenunan.
Sedangkan menenun, butuh waktu yang berbeda pula.
"Baru dia tek-tak-tek-tok. Dalam satu hari 1,5 meter, kalau tidak berhenti. Kalau misalnya lagi ngebut, mungkin bisa 3-4 hari," urainya.
Tidak heran, kain Pinawetengan itu pernah mendapat Gueinness World Record