"Kami mendapatkan Gueinness World Record dengan rekor 101 penenunan tanpa sambungan," ucapnya.
Awal Mula Kemunculan Pengrajin Kain Pinawetengan
Berawal dari tahun 2004, Iyarita pertama kali diajak ke Manado dan diberi tahu bahwa ada satu situs bernama Watu Pinawetengan di desa Pinabetengan.
Watu Pinawetengan merupakan situs demokrasi tempat nenek moyang dari orang-orang Minahasa berembuk jika ada pertentangan atau ketidaksepahaman.
"Saat lihat, awalnya iseng mulut saya, kayaknya ini bagus kalau jadi kain corak-coraknya. Maka jadilah," lanjut Iyarita.
Maka mulailah sejak 2007, ia membentuk pelatihan untuk pengrajin kain Pinawetengan.
Kala itu banyak yang mendaftar, bahkan nyaris 200 orang.
Sayangnya, hanya 16 orang yang bertahan dan saat ini sisa 13 orang.
"Awalnya itu 16, sisanya 13 karena tiga itu pensiun, dimakan usia juga. Mata sudah tidak mampu. Jadi sekarang 13 pengrajin usia tidak muda. Paling muda umurnya 45 tahun," urai Iyarita.
Lebih lanjut, Iyarita mengungkapkan nasib dari keberlanjutan Wastra Indonesia asal Minahasa ini.
Menurutnya, kain Pinawetengan saat ini terbilang hampir punah.
"Jadi memang yang hampir punah. Dan itu terbukti saat saya melakukan pelatihan yang bertahan hanya 16 orang dari hampir 200," katanya lagi.
*Butuh Regenerasi
Lebih lanjut Iyarati mengungkapkan jika pelestarian kain Pinawetengan butuh regenerasi.