Oleh karena itu, Agustinus pun menyarankan setiap keluarga kecil yang berencana membangun hunian impian mereka untuk memahami kebutuhan dan karakteristik keluarganya.
Senada dengan Agustinus, Marizka Ellanda selaku National Secured Sales Head Bank Danamon Indonesia mengatakan bahwa saat ini adalah saat yang tepat bagi generasi muda untuk memiliki hunian sendiri.
Hal ini karena ada banyak developer yang mendesain properti mereka mengikuti tren yang sesuai dengan generasi muda.
Ia menjelaskan untuk rumah tapak, banyak anak muda yang ingin memiliki rumah di cluster, dengan desain modern tapi minimalis dan lingkungannya kecil tapi homey.
Ada juga yang mau memiliki rumah yang smart home, menawarkan banyak kemudahan karena teknologi, seperti lampu yang bisa dinyalakan dan dimatikan dengan bertepuk tangan, musik yang diatur dengan perintah suara, hingga sistem keamanan terintegrasi.
Tidak lupa, tren Work From Home yang meningkat juga membuat generasi muda menginginkan rumah yang nyaman untuk mereka kerja, misalnya dengan banyak ruang terbuka supaya terkesan luas.
"Kuncinya adalah sense of belonging. Orang biasanya lebih sayang sama barang punya sendiri, karena ada kebanggaan bisa memiliki barang itu. Dari situ, kita akan termotivasi untuk menjadikan rumah kita itu se-estetik dan senyaman mungkin, sehingga kita bahkan bisa mendapatkan cuan dari situ," kata Marizka.
Baca juga: Masuk Semester II 2023, Pasar Properti Diyakini Makin Menggeliat
Tipsnya untuk menjadikan rumah estetik yaitu, pertama untuk membuat moodboard sebelum membeli properti.
Isinya bisa diambil dari internet atau media sosial, intinya adalah agar kita dapat membayangkan warna dan tema rumah seperti apa yang kita mau.
Dari situ, kita dapat menentukan vendor atau barang-barang apa yang harus dipilih untuk mengisi rumah kita agar cocok dengan tema dan warnanya, serta sesuai dengan budget yang dimiliki.
"Rumah bisa mempengaruhi penghuninya. Seperti saya, sekarang tanpa sadar bahkan baju-baju saya warnanya senada dengan rumah saya. Saya percaya bahwa rumah yang kita desain dan bangun dari hati, pengaruhnya akan di luar dari apa yang kita bayangkan," tegas Marizka.
Kendati demikian ia mengingatkan bahwa estetika dan fungsional harus tetap seimbang.
Baginya, rumah memiliki kepribadian dan branding, dan itu harus disesuaikan dengan pemiliknya. Nantinya, proses menjadikan rumah sebagai upaya mencari tambahan penghasilan, bisa mengalir dengan sendirinya, seperti dengan membuat konten tentang keseharian kita di rumah.
"Selama bikin konten, saya jadi lebih peka sama rumah sendiri. Dari situ saya terinspirasi bikin rumah jadi iconic sehingga banyak di-endorse brand. Lalu jadi lebih mudah untuk memasarkan diri dan rumah sendiri untuk mendatangkan cuan, modalnya ya memanfaatkan apa yang di depan mata kita, seperti hp (handphone) dan media sosial," papar Marizka.