News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

IDAI : Penerapan Bilingual Bisa Memicu Anak Mengalami Keterlambatan Berbicara

Penulis: Aisyah Nursyamsi
Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Anak-anak -Belakangan, ramai orangtua yang ajarkan dua bahasa (bilingual) pada anak sedari dini dalam kehidupan sehari-hari.  Namun, penerapan bilingual dianggap menjadi pemicu anak mengalami keterlambatan berbicara atau speech delay

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Belakangan, ramai orangtua yang ajarkan dua bahasa (bilingual) pada anak sedari dini dalam kehidupan sehari-hari. 

Namun, penerapan bilingual dianggap menjadi pemicu anak mengalami keterlambatan berbicara atau speech delay. 

Terkait hal ini, Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang Pediatrik Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof DR Dr Ahmad Suryawan SpA(K) cara aman terapkan bilingual pada anak.  

"Sebenarnya kita tidak perlu takut dengan bilingual, sepanjang pengasuhan kita interaktif. Tetapi bilingual harus terstruktur," ungkapnya pada media briefing virtual, Senin (4/9/2023). 

Maksudnya, jangan pernah mengenalkan sebuah bahasa baru, kalau bahasa utama belum dikenal anak.

Baca juga: Speech Delay pada Anak, Ketahui Penyebab, Cara Deteksi Dini dan Pencegahannya

Bahasa utama adalah bahasa yang digunakan setiap harinya. 

Ketika anak tinggal di Indonesia, maka bahasa yang perlu diajarkan pertama kalau adalah Indonesia. 

Sebaliknya, jika orangtua pindah dan menetap di Inggris atau Australia, misalnya, bahasa Inggris menjadi bahasa utama untuk diajarkan.
 
"Sebagai contoh, satu, dua, tiga bahasa baku kita atau bahasa sehari-hari. Jika anak belum mengenal bahasa itu, jangan dikenalkan dulu one two three atau dalam bahasa Inggris," jelas dr Suryawan.

Kalau anak dikenalkan bahasa kedua seperti Inggris terlebih dahulu, anak hanya tahu orang lain menggunakan itu sementara bahasa utama tidak dikenal.

Akibatnya anak jadi tidak mengerti dengan lingkungannya karena lingkungan anak tidak menggunakan bahasa kedua. 

"Meski pun keren ketika mama dateng, anaknya bisa bahasa Inggris. Tapi dengan (orang-orang) di lingkungan, tidak (bisa)," jelasnya. 

Oleh karena itu, ia menganjurkan untuk menerapkan bahasa utama dulu. 

Setelahnya baru bahasa kedua seperti Inggris, sehingga anak kaya dengan kosakata.  

Namun, jika anak terlanjur mengalami terlambat bicara, jangan menggunakan bilingual.

Gunakan bahasa utama, dan kalau sudah normal, boleh dimasukkan bahasa kedua secara pelan-pelan. 

"Kalau anak telat bicara tapi kita bilingual, recovery lebih lama lagi. Karena dia harus mengerti banyak hal," tutupnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini