Perbaikan kondisi lipoatrophy pada area wajah, misalnya seperti yang dialami sebagian pasien HIV, dan perbaikan kontur wajah juga bisa dilakukan dengan dermal filler berbahan absorbable.
Dermal filler berbahan nonabsorbable pada wajah hanya diizinkan digunakan pada lipatan nasolabial dan perbaikan scar bekas jerawat di area pipi.
Tak Boleh Sembarangan, Ini Syarat Pemakaian Filler
Dokter Olly menjelaskan, dermal filler pun tidak boleh sembarangan.
Sesuai dengan pedoman FDA, kandidat yang diperbolehkan melakukan tindakan penyuntikan dermal filler adalah individu dewasa di atas usia 21 tahun.
Prosedur hanya bisa dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi di bidang ini, yakni dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik dan dokter lain yang memiliki kompetensi tambahan di bidang estetik.
Mengulik Isi dalam Filler dan Efek Sampingnya
Kandungan dermal filler bervariasi dan digunakan sesuai indikasi.
Ada beberapa bahan dermal filler yang digunakan dan mendapat persetujuan FDA, yakni:
Dermal filler berbahan absorbable seperti hyaluronic acid dapat bertahan selama 6-12 bulan, bahan calcium hydroxylapatite dapat bertahan selama 18 bulan, dan bahan poly-L-lactic-acid (PLLA) dapat bertahan selama 2 tahun.
Dermal filler berbahan nonabsorbable, yaitu polymethylmethacrylate (PMMA) merupakan satu-satunya bahan nonabsorbable yang disetujui FDA. Preparat PMMA dibuat dalam bentuk suspensi dengan kombinasi kolagen.
"Pada beberapa produk, bahan dermal filler juga mengandung lidocaine untuk mengurangi nyeri atau rasa tidak nyaman saat tindakan penyuntikan," kata Olly.
Efek Samping Filler, Memar, Bengkak hingga Buta
Efek samping setelah penyuntikan dermal filler beragam. Umumnya, pasien dapat mengalami memar, kemerahan, bengkak, dan nyeri.
"Pada beberapa kasus, dapat terjadi reaksi alergi, benjolan (nodul), granuloma, infeksi," kata dr Olly.
Tanda klinis infeksi yang mungkin terjadi antara lain kemerahan, nyeri, bengkak, terdapat kumpulan nanah di bawah permukaan kulit, dan dapat disertai dengan demam.
Jika hal ini terjadi, Olly menyarankan untuk segera konsultasikan kembali kepada dokter operator yang kompeten untuk dilakukan evaluasi dan penanganan lanjutan.
"Untuk menangani infeksi, diperlukan kombinasi pemberian medikamentosa atau obat (antibiotik dan pereda nyeri) serta tindakan lanjutan, yaitu evakuasi dan pembersihan (debridement)," jelasnya.