"Begitu ada Bank Salih ini, masyarakat berpikir sampah yang dibuang sembarangn ini memiliki nilai ekonomis yang bisa jadi uang. Karena itu pelan-pelan kami membuat sistem Bank Salih ini," tutur dia.
Jumlah nasabah Bank Salih ada 90 orang, terdiri dari 50 nasabah berasal dari warga RT 01 dan 40 nasabah merupakan orang di luar perumahan.
Bagja menceritakan, setiap nasabah bisa langsung merasakan manfaat dari menabung sampah ini.
Tabungan sampah dicatat dibuku serta tercantum di aplikasi perumahan warga RT 01 yang telah dikonversikan ke uang digital.
Warga bisa menggunakannya untuk membeli token listrik, logam mulia atau menerima uang dalam cash ketika saldonya minimal Rp. 100.000.
"Bagi warga yang ingin menabung dalam bentuk lain, kita sediakan logam mulia mini gold 0,0001 gram seharga Rp 45.000. Di dalam aplikasi itu warga bisa memilih untuk memanfaatkan uang tabungan sampahnya," ungkap Bagja.
Sampah yang terkumpul akan dijemput oleh pengepul setiap dua minggu sekali.
Soal kesadaran menjaga lingkungan, diharapkan tidak hanya orang dewasa saja melainkan anak-anak juga turut termotivasi dengan menggagas bank sampah junior.
Dirinya mengaku senang menjalani kegiatan pengumpulan sampah ini. Ke depan, ia dan warga mulai merencanakan budidaya maggot untuk sampah organik.
Seorang warga, Santani (51) ditunjuk untuk bertanggungjawab dalam mengurus detail jual beli sampah plastik dari warga.
Ia mengatakan, walaupun masih dalam lingkup kecil gerakan ini diharapkan terus berlanjut.
"Sampai warga sadar bahwa dengan menjaga lingkungan maka lingkungan akan menjaga kita," ungkap Santani.
Santani yang sehari-hari berprofesi sebagai penjahit dan pengemudi ojek online ini, tidak merasa terbebani dalam mengurus Bank Salih.
Selama setahun ini, Bank Salih telah mengumpulkan 1,5 ton sampah berupa kardus.