Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anak tantrum tentu dapat menjadi tantangan bagi sebagian orang tua.
Orangtua bisa saja merasa kesulitan atau kebingungan apa bila anak mereka alami tantrum di tempat umum.
Tantrum adalah masalah perilaku yang umum dialami oleh anak saat mengekspresikan kemarahan.
Biasanya dengan tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak hingga mencoba menahan napas.
Terkait hal ini, Anggota Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) I Gusti Ayu Trisna Windiani ungkap ada dua hal yang tidak boleh dilakukan orangtua saat anak alami tantrum.
Pertama, saat tantrum orangtua jangan berteriak pada anak.
"Ketika anak tantrum jangan berteriak," ungkapnya pada media briefing virtual yang diselenggarakan IDAI, Rabu (24/4/2024).
Kalau orangtua meninggikan suara, anak bisa meningkatkan dua kali kekuatan tantrum.
Beri anak time out. Abaikan perilaku tantrum dan bukan anaknya. Orangtua tetap mengawasi dari kejauhan sampai tantrum anak mereda.
Kedua, ketika anak tantrum karena menginginkan sesuatu dan dilarang karena suatu hal, orangtua jangan mudah menyerah.
"Mudah menyerah dan tidak konsisten, itu berbahaya. Kalau (saya) menyampaikan ini di tempat praktik, berubah dulu orangtua dulu. Jangan harap anak berubah. Orangtua (dulu) yang berubah," imbaunya.
Orangtua perlu konsisten dan disiplin menegakkan aturan, jangan mudah berubah.
Karena kalau tidak, akan tertanam di dalam otak anak.
"Kita harus nangis dulu, itu lah metode paling efektif kalau nenek saya pasti tidak tega guling-guling. Makin besar, makin pintar, makin lama tantrum. Ingat dua hal itu," tutup.