TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menilai wacana duet Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Pilpres 2024 cukup rumit.
"Sebenarnya (wacana duet Prabowo-Ganjar) rumit dan banyak pertentangan," kata Dedi kepada Tribunnews.com, Selasa (14/3/2023).
Menurutnya, sebagai pemilik kursi mayoritas PDIP kemungkinan keberatan bila kadernya hanya sebagai calon wakil presiden (cawapres).
"PDIP sebagai pemilik kursi mayoritas, kemungkinan keberatan jika hanya di posisi cawapres," ujarnya.
Di sisi lain, Dedi menyebut PDIP sulit akan diterima koalisi Gerindra apabila tak mengusung Ganjar.
"Sementara jika Ganjar tidak diusung PDIP akan jauh lebih sulit lagi diterima koalisi Gerindra karena tidak akan signifikan menambah suara," ucapnya.
Tak hanya itu, kata dia, PKB juga sudah cukup ideal dan percaya diri menawarkan Ketua Umum Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai cawapres Prabowo.
Baca juga: Presiden Jokowi Sebut Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo Sebagai Capres Ideal Semua
Selain itu, Dedi menuturkan PPP sejauh ini mulai melakukan lobi politik kepada PDIP dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno.
"Ini bisa diartikan jika PPP ingin menjadi pengusung utama dengan memasangkan Ganjar-Sandiaga Uno, dan inipun miliki peluang yang bagus jika kemudian berhadapan dengan Prabowo-Muhaimin, dan Anies-AHY, atau Anies-Erick misalnya," jelasnya.
Karenanya, Dedi menganggap wacana duet Prabowo-Ganjar cukup rumit untuk terwujudkan.
"Dengan situasi itu, sebelum bicara soal kemenangan Prabowo-Ganjar, maka kerumitannya adalah memastikan apakah bisa terusung dan direstui atau tidak," imbuhnya.