Sebagai informasi, pada Pemilu 2019, Nasdem meraih 12,6 juta suara atau 9,05 persen dari total suara sah nasional.
Sedangkan PKS, memperoleh 11,49 juta suara atau 8,21 persenn dari total suara sah nasional.
Sehingga, ketika dijumlahkan KPP tanpa Demokrat, maka total suara hanya 17,26 persen dan tidak dapat memenuhi presidential treshold.
"Jadi satu-satunya, secara realistis, supaya yang idealnya poros yang ideal ini, ya AHY. Satu, tanpa AHY karena Ketua Umum Partai Demokrat, tentu poros ini tidak bisa maju."
"Jadi kadang Nasdem sama Anies ini agak kurang sadar bahwa untuk nyalon presiden 2024 itu harus menggenapi ambang batas presiden 20 persen. Ini kan kutukan politik yang nggak gampang," bebernya.
Kedua, Adi mengatakan elektabilitas AHY masuk tiga besar dalam beberapa hasil survei terkait cawapres 2024.
Sehingga, katanya, ini menjadi kombinasi yang pas untuk saling melengkapi antara Anies dan AHY dalam kontestasi menuju Pilpres 2024.
"Itu variabel penting yang bisa memenuhi kriteria cawapres Anies, mampu mendongkrak elektabilitas dan memenangkan pertarungan politik.
Baca juga: Survei LSN: Pendukung Prabowo Pemilih Paling Loyal Dibanding Ganjar dan Anies
Terakhir, AHY merupakan simbol yang mewakili kelompok oposisi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) atau yang disebut Adi sebagai 'replika politik kelompok oposan'.
Sehingga, ketika disandingkan Anies bersama AHY sebagai , Adi mengatakan keduanya adalah paket komplit dalam Pilpres 2024.
"Jadi kalau Anies dan AHY, saya selalu mengatakan ini paket komplit kelompok-kelompok yang sangat anti (Jokowi) dan menginginkan perubahan-perubahan di negeri ini," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)
Artikel lain terkait Pilpres 2024