TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis 98 Taki Reinhard Parapat mengingat peran penting pemuda dan organisasi kepemudaan untuk memastikan Pemilu Serentak 2024 bisa menghasilkan pemimpin yang mempunyai leadership yang kuat, merakyat dan pekerja keras untuk melanjutkan program-program pembangunan menuju Indonesia Emas.
Karena itu, kata Reinhard, pemuda harus selektif dalam memilih pemimpin serta bisa memberikan pencerahan positif agar masyarakat juga selektif dalam memilih pemimpin.
"Melihat hasil survei terakhir, tingginya angka kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemerintah, menjadi bukti bahwa kita berhasil memilih pemimpin di pemilu kemarin. Tentu harapan kita di Pemilu 2024, kita dapat memilih pemimpin yang dapat melanjutkan program-program pembangunan menuju Indonesia Emas," ujar Reinhard saat menjadi narasumber di acara Refleksi dan Seminar Nasional Memperingati Bulan Kelahiran Pancasila di Gedung KNPI, Rawamangun, Jakarta Timur, Senin (26/6/2023).
Menurut Taki, pemimpin Indonesia ke depan adalah pemimpin yang sudah selesai dengan dirinya, tidak terbelenggu oleh masa lalu terutama pada era Orde Baru dan serta menunjukkan kinerja dan prestasi. Indonesia ke depan, kata dia, tidak membutuhkan pemimpin yang pandai merangkai kata-kata atau menggunakan isu SARA untuk memenangkan kontestasi demokrasi.
"Indonesia membutuhkan pemimpin berani dan yang bisa bekerja untuk melanjutkan program-program pemerintahan Jokowi-Ma'ruf. Pemimpin yang tegas terhadap kelompok intoleran dan radikal. Dalam konteks ini, pemuda memiliki peran penting untuk memberikan pendidikan dan pencerahan kepada masyarakat," imbuh Reinhard.
Pemuda, kata Reinhard, juga memiliki tanggung jawab memastikan Pemilu Serentak 2024 tidak sebatas mekanisme prosedural lima tahunan, tetapi mampu menjadikan masyarakat cerdas secara politik, sehingga dapat mengkritisi program serta rekam jejak partai dan kandidat, sebagai pertimbangan utama ketika masyarakat menentukan pilihan di bilik suara.
"Pemuda bisa memberikan pemahaman mengenai politik dan demokrasi yang sehat secara utuh kepada masyarakat, menjauhkan isu-isu primordial. Pemuda juga harus memperhatikan informasi baik itu di media sosial, iklan kampanye, dan konten berbahaya yang membawa ke tindakan kebencian, juga harus dapat membaca dan membangun wawasan kebangsaan, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika di kehidupan sehari-hari," tutur dia.
"Pemuda juga jangan hanya dijadikan sebagai tim pencari suara ataupun sebagai tim pengangkat elektabilitas dan popularitas. Ingat, pemuda itu harus lebih ikut dalam menentukan dan mengawal kebijakan politik," katanya.
Reinhard kemudian menyebutkan peluang pemuda ikut berkontribusi aktif mewujudkan demokrasi substansial di Pemilu 2024.
Menurut dia, peran pemuda sangat vital karena merupakan pemilih terbesar di Pemilu Serentak 2024, mencapai 60 persen suara.
Pertama, tahapan pendaftaran pemilih. Menurut Reinhard, pemuda dapat berperan dalam mendorong pendaftaran pemilih di kalangan teman sebaya mereka. Pemuda dapat mengkampanyekan pentingnya berpartisipasi dalam proses demokrasi dan mendorong orang-orang untuk mendaftar sebagai pemilih.
Kedua, pendidikan pemilih, yakni pemuda dapat menjadi agen perubahan dengan memberikan informasi yang akurat dan obyektif kepada masyarakat terkait calon, program, dan isu-isu yang relevan dalam Pemilu 2024.
"Mereka dapat menggunakan media sosial, diskusi kelompok, atau pertemuan komunitas untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang proses demokrasi kepada orang lain," jelas dia.
Ketiga, tahapan kampanye politik. Reinhard menilai pemuda dapat terlibat secara aktif dalam kampanye politik sebagai relawan atau sukarelawan.