"Jadi oleh karena itu, itu udah sulit, kecuali kalau ada selisih suara antara Pak Ganjar dan Prabowo minimal 7 persen, jadi tinggal siapa yang lebih tinggi dari mereka yang mencalonkan sebagai presiden dan wakil presiden."
"Tapi kenyataan tidak ada sampai 7 persen, kenyataannya selisihnya di margin error kan. Oleh karena itu tipis kemungkinan wacana dua poros kalau yang dibayangkan itu adalah Ganjar dan Prabowo dalam satu perahu itu tidak mungkin," pungkasnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid meyakini hanya ada dua poros koalisi yang bakal bertarung di Pilpres 2024.
Namun demikain, kata Jazilul, hal ini merupakan pendapat pribadi
"Saya pribadi melihatnya kayaknya tinggal 2 poros pribadi ya ini, bukan keputusan PKB atau apa bukan," kata Jazilul di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (18/9/2023).
Jazilul enggan merinci perihal siapa nantinya yang akan menjadi lawan politik dari pasangan AMIN.
Hal yang pasti, pihaknya telah mengantisipasi jika nantinya harus melawan skema dua paslon maupun tiga paslon.
"Yang jelas pasangan AMIN mengantisipasi semua kemungkinan, kemungkinannya kan tinggal 2 yaitu 3 poros atau 2 poros," jelas Jazilul.
Di sisi lain, Jazilul menambahkan pasangan AMIN nantinya tetap diuntungkan jika harus melawan berbagai skema di Pilpres.
"Untung semuanya buat AMIN asal bersama masyarakat dan rakyat," tandasnya.
Sebagai informasi, sejauh ini, setidaknya ada tiga poros koalisi yang bakal maju di Pilpres 2024.
Poros pertama adalah pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin (AMIN) yang diusung NasDem, PKS dan PKB.
Selain itu, ada dua poros koalisi yang masih belum menentukan cawapresnya.
Yakni, koalisi Indonesia maju yang tediri dari Gerindra, Golkar, PAN dan Demokrat yang mengusung Prabowo Subianto menjadi bakal capres.
Kemudian, koalisi PDIP dan PPP yang mengusung Ganjar Prabowo menjadi bakal capres.
(Tribunnews.com/Milani Resti/Igman Ibrahim)