“Selain itu ekonomi kita harus mewujudkan persatuan nasional. Satu untuk semua. semua untuk satu. Ekonomi yang berpihak kepada keñentingan nasional dan kerakyatan.”
“Harus ada keberpihakan kepada yang lemah dan miskin serta ekonomi yang harus menuju keadilan sosial,” ujarnya.
Selain itu, Prabowo juga mengungkapkan bahwa Indonesia pernah menjadi korban politik adu domba dan ingin memecah belah Tanah Air.
Baca juga: Puan Akui Gibran Sosok Berprestasi & Layak Dipertimbangkan Sebagai Cawapres Prabowo, Tapi . . .
Pernyataan ini menanggapi terkait keputusannya bergabung ke Kabinet Indonesia Maju pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai menteri.
Ia menyebut bahwa apa yang dilakukannya demi persatuan Indonesia.
“Saya tidak mau diadu domba. Begitu beliau ajak saya, saya katakan ‘Ya saya bergabung’. Kita bersatu dan Indonesia tenang, Indonesia kuat, Indonesia tidak mau diadu domba lagi,” ujarnya.
“Kenapa saya bergabung dengan Pak Jokowi? Karena saya memahami sejarah bangsa Indonesia, dari dulu kita selalu diadu domba dan waktu tahun 2019, Pak Jokowi tergerak hatinya, dan saya tergerak hatinya, kita tidak mau diadu domba,” sambung Prabowo.
Anies Kampanye di Bandung
Sementara, pada Minggu pagi ini, Anies berkampanye di Stadion Jalak Harupat, Bandung dan dihadiri oleh ribuan massa.
Anies mengungkapkan, dalam pidatonya, bahwa desa merupakan prioritas pembangunan ke depan.
“Alokasi sumber daya untuk desa-desa kita harus ditambahkan supaya desa-desa punya bekal untuk membangun dan sejahtera warganya,” tuturnya.
Selain itu, Anies turut menyinggung soal impor pangan.
Ia ingin agar kebutuhan pangan nasional dapat dipenuhi oleh bangsa tanpa melakukan impor.
“Dan kita ingin pasokan-pasokan kebutuhan pokok, datang dari tanah sendiri dan bukan dari tanah orang lain. Dipetik oleh petani sendiri bukannya dipetik dari petani dari negara lain,” katanya.
Baca juga: Pengusaha Muda Surabaya: Anies-Muhaimin Pemimpin Bangsa yang Diperhitungkan